Senja sore itu mengiringi langkah seorang gadis yang sering di sapa Nurlela. Nurlela terus melangkah menuju masjid dekat rumahnya. Selain membantu ibu berjualan, Nurlela membantu abah mengajar majelis TPA di masjid dekat rumahnya. Sesampainya di masjid, lela memulai pengajian Alquran bersama anak-anak. Usai membantu mengajar, Nurlela segera pulang. Ketika sampai

Jarum jam dinding di kamarku menunjukkan pukul empat. Walau pandanganku masih samar-samar, kubuka tirai jendela berwarna hijau toska itu. Pagi yang belum menampakkan batang hidung sang surya membuat aku bernostalgia termenung mengingat sesuatu semasa sepuluh tahun yang lalu. Tiba-tiba teringat begitu saja akan sejuknya pagi di saat itu… *** “Hmm..

Benda persegi panjang itu kubiarkan terus bersuara, menampilkan informasi terkini di berbagai daerah ataupun mancanegara. Sebentar-bentar kupandang dengan tak niat. Sengaja kunyalakan hanya untuk menghalau sepi yang menggema. Sembari tanganku terus asik berselancar di dunia maya “Seorang anak petani, telah sukses mendapatkan banyak penghargaan.” mataku melirik tajam benda persegi panjang

Tahun lalu, tepat aku lulus dengan gelar S.Psi. Setelah lulus aku buntu hilang arah tak tahu harus pergi kemana, kurasa jalanan telah ditutup gelap tak ada cahaya. Hatiku kacau, otakku tak dapat berpikir seperti membatu di dalam. Pilihan yang begitu sulit untuk kujalani, antara patuh orang tua atau ikut dengan

Beberapa hari sebelum menulis kisah ini, saya dapat pesan lewat Whatsapp dari salah satu warga Halqimuna panitia untuk membuat tulisan bebas tentang Komplek Q, tentu saja dengan seribu satu cerita indah yang menyertainya. Masih kata sang pengirim pesan, hal ini dalam rangka memeriahkan harlah Komplek Q. Dengan modal nekat karena

Allahuakbar Allahuakbar, asyhaduanlaa ilaha illalloh, asyhadu anna muhammadarrosuulullah, hayya ‘alasholah, hayya alal falah, qodqomatisholah qodqomatisholah, Allauakbar allahu akbar laa ilaa ha illalloh… Azan salat asar telah berkumandang di Pondok Pesantren Attauhidiyah. Sore itu, semua santri putri bergegas menunaikan jamaah salat asar bersama di musala pondok bersama Bu Nyai Azizah, istri

Sudah sejak tadi anak laki-laki itu hanya berdiam, mengamati sekitar tanpa menunjukkan ketertarikannya. Hiruk pikuk dan suara tawa serta teriakan dari teman-teman sebayanya tidak sedikitpun mengalihkan pandangan matanya yang kosong. Tangan mungilnya terus mendekap lutut, duduk bersandar di tiang kayu di ujung ruangan. Sudah sejak satu jam lalu posisi duduknya

Pondok Pesantren Babul Qur’an adalah salah satu pondok pesantren yang terkenal akan santriwatinya yang begitu sopan kepada para Kyainya. Oleh sebab itu, tidak heran jika banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren Babul Qur’an. Di pondok itu ada lima anak yang sangat terkenal di kalangan teman-temannya, mereka

(Sebuah Catatan Dakwah) Masjid Bilal Bin Raba’ Desa Warmon Kokoda menempati lahan sekitar 6×6 m2, tidak begitu luas memang untuk ukuran Masjid di Jawa. Awal saya dan teman-teman Tim KKN-PPM UMY Mahardika Bakti Nusantara 2017 datang, masjid ini terlihat kurang begitu terurus, lantainya yang kotor, jendela yang terbuka dengan kaca

Dahulu ada seorang keluarga yang mencukupi kebutuhannya dengan bekerja keras mencari nafkah sebagai seorang petani. Setiap pagi beliau bergegas pergi ke sawah untuk merawat dan menanam padi milik juraganya sampai petang menghadang. Beliau tak pernah lelah dan pantang menyerah dalam bekerja. Sepulangnya dari sawah, beliau sempatkan untuk mampir ke kebun