Kekhususan Orang yang Berpuasa dan Kemuliaan Mereka

Diposting pada 51 views

صوموا تصحوا

Berpuasalah kalian, maka kalian akan sehat

Benarkah orang yang berpuasa akan sehat? Mengapa? Tak lain adalah karena orang yang berpuasa itu memiliki ritme teratur dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Ada jadwal tetap, kapan lambung harus diisi dan kapan lambung harus beristirahat. Sebaliknya, orang yang tidak berpuasa akan memasukkan makanan dan minuman apa saja ke dalam perut sesuai keinginanan tanpa memandang kapan lambung harus istirahat.

Perut manusia yang sedang dalam keadaan tidak berpuasa itu ibarat tong sampah di mana makanan dan minuman apa saja masuk. Ini karena pada dasarnya manusia memiliki sifat tamak (rakus). Sifat tamak ini ada karena adanya hawa nafsu. Hawa nafsu selalu menggoda manusia bahwa segala sesuatu yang terlihat oleh mata rasanya nikmat.

Sifat tamak ini mengarahkan manusia pada sifat tabdzir; menggunakan harta secara berlebihan. Mubadzir (orang yang tabdzir) yang selalu merasa lapar bukanlah perutnya tetapi matanya. Padahal, sudah secara eksplisit dinyatakan dalam al-Quran:

…وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’: 26)

Selain membuat tubuh menjadi sehat, orang yang berpuasa juga akan meningkat spiritualitasnya. Tingkat ketergantungan orang yang berpuasa kepada Sang Khaliq lebih tinggi. Psikis/kejiwaannya stabil untuk menjaga stabilitas tubuhnya sehingga berdampak pada ketenangan batin. Jadi, orang yang berpuasa akan sehat secara lahir dan batin.

يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَءَامَنُواْكُتِبَ عَلَيۡكُمُ لصِّيَام كَمَاكُتِبَ عَلَى لَّذِ ينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Selanjutnya, orang yang berpuasa tingkat  kepekaannya untuk berbuat baik akan semakin tinggi. Seseorang yang berpuasa ramadan terdorong untuk melakukan kebaikan karena keyakinan bahwa puasa yang  تَتَّقُون لَعَلَّكُم hanya dapat dicapai dengan disertai melakukan amal-amal kebaikan.

Puasa adalah salah satu faktor yang mendorong terhadap pembentukan karakter ketakwaan manusia. Jika hanya tidak makan dan minum, tidak mungkin seseorang bisa meraih ketakwaan. Banyak amalan yang dianjurkan di bulan ramadan seperti memperbanyak baca Al quran, shadaqah, shalat tarawih dan lainnya sebagai pernik untuk mendorong pada ketakwaan.

Baca Juga:  Qasim Amin[1] : Sang Tokoh Emansipasi Wanita Islam di Mesir pada Abad ke 19 M

Puasa dapat menjadi proteksi. Puasa memproteksi tubuh manusia dari virus yang merusak terhadap stabilitas atau kesehatan tubuh, baik yang sifatnya fisik maupun psikis. Esensi puasa bukan hanya perubahan jadwal makan, tapi esensi puasa adalah bagaimana puasa dapat memproteksi tubuh dari sifat-sifat yang merusak terhadap perilaku dan mentalitasnya.

Berikutnya, orang yang berpuasa akan diganjar dengan pahala mulia.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ان الله أوحى الى نبي من النبي اسرائيل أن أخبر  قومك أنه ليس عبد يصوم يوما ابتغاء وجهي الا أصححت له جسمه و أعظمت له أجره

Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah memberikan wahyu dari Bani Israil, hendaknya kau kabarkan kepada kaummu, Sesungguhnya bahwa tiada ada seorang hamba yang berpuasa satu hari karena mengharap ridhaKu (Allah) kecuali Aku jadikan sehat baginya (orang-orang yang berpuasa) tubuhnya. Dan Aku perbesar/muliakan bagi orang yang berpuasa pahalanya.”

Adapun janji Allah untuk orang berpuasa, yaitu Allah menyehatkan tubuhnya dan memberikan pahala yang mulia baginya. Oleh karena itu, jika puasa niatnya hanya untuk diet, maka hanya dapat itu saja (hasil diet). Pahala berkaitan dengan ketulusan/keikhlasan seorang hamba kepada Tuhannya. Apapun yang diraih di dunia dapat dicapai meskipun tidak dengan keikhlasan. Tetapi apa yang diraih di akhirat hanya dapat diperoleh jika seseorang melakukannya dengan ikhlas. Itulah bedanya orang beriman dan tidak.

Pahala merupakan sesuatu hal yang tidak tampak tetapi akan mendapat balasan dari Allah. Maka dari itu, pahala hanya bisa diraih dengan keikhlasan. Itulah kenapa

واعبدواالله مخلصين له الدين

menunjukkan adanya keikhlasan di dalam beribadah. Hanya orang beriman yang memiliki keyakinan ke arah sini (keikhlasan), jika tidak ikhlas, ya tidak mungkin akan sampai pada pencapaian ini.

Baca Juga:  Zakat Fitrah

فمن كان يرجو لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبا دة ربه أحدا

Syarat orang yang ingin berjumpa dengan Allah/mendapat ridho Allah, meliputi:

  1. Beramal shalih.

Lakukanlah amal shalih. Tentunya, amal shalih di sini haruslah sesuai dengan agama/syariat Islam, bukan ketentuan akal dan nafsu. Jadi barometernya asy-syari’at.

  1. Tidak ada syirik dalam hati

 Yang dimaksud syirik di sini yaitu syirik khofiy. Tidak boleh ada riya’ sedikitpun di dalamnya, jadi harus pure ikhlas karena Allah.

Dari paparan di atas, maka keikhlasan menjadi tolak ukur dalam ajaran Islam. Sifat ikhlas dibangun dari keimanan. Semakin beriman seseorang, seharusnya semakin tinggi rasa ikhlasnya. Jika pekerjaan seseorang tidak diiringi dengan keikhlasan, ridha Allah sulit untuk diperoleh. Hal ini bertujuan agar manusia senantiasa bergantung pada ridha Allah.

Selain sehat jasmani dan rohani, meningkatnya spritualitas, meningkatnya kepekaan untuk berbuat baik, memperoleh pahala yang mulia, Allah juga menjauhkan wajah orang berpuasa dari panasnya api neraka. Maka, salah satu keistimewaan orang yang berpuasa adalah, ia dibebaskan, tidak menyentuh dan melihat panasnya api neraka.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من صام يوما في سبيل الله بعد الله وجهه عن النا ر سبعين خريفا (اخرجه أحمد والشيخان والنسائي)

“Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, Allah menjauhkan wajahnya dari panasnya api neraka tujuh puluh tahun (hitungan akhirat) perjalanan.” (H.R. Ahmad, Asy-Syaikhon, An-Nasa’i)

Oleh: Malpha Della T

Dilansir dari pengajian Kitab Qul Hadihi Sabil dengan Ustaz Maulidi