Kemanusiaan atau Religiusitas, Manakah yang Didahulukan?

Diposting pada 241 views

Habib Ali Al-Jifri menulis sebuah buku yang berjudul “Al-Insaniyyah qabla Al-Tadayyun” yang artinya kemanusiaan mendahului sikap religius. Tentu ini menarik untuk dibahas. Terkadang ada segolongan orang yang melakukan kekerasan atas nama agama, lalu dengan mudahnya mengabaikan sisi kemanusiaan. Meskipun agama (religion) dan keberagamaan (religiosity) saling terkait, namun keduanya adalah hal yang berbeda. Seseorang tidak bisa melakukan tindak kekerasan atas nama agama, padahal tindak kekerasan tersebut atas sikap keberagamaannya.

Al-Qur’an dan hadis tentu merupakan teks yang suci dan mutlak kebenarannya, namun pandangan kita tentang Al-Qur’an dan hadis belum tentu benar. Karena kebenaran yang mutlak hanya milik Allah semata. Habib Ali dalam bukunya menjelaskan dalil bahwa kemanusiaan didahulukan atas religiusitas yang disarikan dari Musnad Ahmad (Hadis Nomor 16402).

Habib Ali menjelaskan bahwa cara Rasulullah Saw. Menjelaskan risalah dengan menyebut tiga hal mendasar terlebih dahulu :

  1. Menyambung silaturahim. Habib Ali memaknainya sebagai jaminan keamanan masyarakat
  2. Melindungi darah. Habib Ali memaknainya sebagai perlindungan terhadap kehidupan
  3. Mengamankan jalan. Habib Ali memaknainya sebagai keamanan publik

Setelah itu baru Rasululullah Saw. menjawab tentang religiusitas, yaitu menghancurkan berhala (bagian dari amar makruf nahi mungkar).

Kemanusiaan tentu menjadi hal mendasar bagi setiap orang. Semua orang ingin merasa aman, tidak terancam, tidak ketakutan atau diteror. Tidak peduli apakah latar belakang agama, ras, suku, ataupun status sosialnya, semua orang ingin merasa aman. Dengan kehidupan yang aman, kehidupan beragama masing-masing dapat berjalan aman dan khusyuk. Oleh karenanya Rasulullah Saw. lebih dulu menjelaskan tiga hal yang berkaitan dengan kemanusiaan baru setelah itu tentang religiusitas. Pada akhirnya sikap keberagamaan kita akan dipengaruhi oleh sehat atau sakitnya kemanusiaan kita.

Baca Juga:  Ramadan dan Pandemi Corona

Sumber : Prof.K.H. Ibrahim Hosen, L.M.L dan Nadirsyah Hosen. 2020. Ngaji Fikih. Yogyakarta : Bentang Pustaka.

Oleh: Hanin Nur Laili

Foto: freepik.com