Lima Kunci Keberhasilan Nabi dalam Merevolusi Bangsa Arab*

Diposting pada 212 views

Sebelum datang mukjizat berupa Alquran, masyarakat Arab dikenal sebagai masyarakat jahiliyah. Hal ini dikarenakan masyarakat pada zaman itu tidak memiliki aturan, salah dalam bertauhid, dan kehidupan yang tidak berperikemanusiaan. Bangsa Arab adalah bangsa nomaden, terdiri dari 360 suku yang terpecah dan sering berperang. Dalam bertauhid, mereka menyembah berhala yang diletakkan di Masjidil Haram. Sedangkan dalam kehidupan sosial, perempuan tidak dihargai. Bahkan, muncul tradisi mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Di tengah-tengah masyarakat yang seperti ini, lahirlah seorang utusan Allah yang salah satu mukjizatnya Alquran. Beliau adalah Nabi Muhammad saw, yang lahir dari kalangan suku Quraiys—salah satu suku terkemuka bangsa Arab. Nabi mulai melakukan perjuangan islamisasi di Makkah selama 13 tahun dan di Madinah selama 10 tahun. Dalam sejarah, tidak ada tokoh yang berhasil merevolusi masyarakat hanya dalam waktu 23 tahun. Eropa butuh ribuan tahun untuk berevolusi, Indonesia bebas dari Belanda setelah 350 tahun.

Seorang orientalis bernama Michael Hart menobatkan  Nabi Muhammad sebagai orang nomor satu dalam 100 tokoh yang berpengaruh di dunia. Ia mengemukakan bahwa  Nabi tidak hanya merevolusi mental dan kepercayaan tapi juga ilmu pengetahuan. Issac Newton yang dinobatkan sebagai tokoh kedua, hanya mampu merevolusi ilmu pengetahuan. Sedangkan Nabi Isa yang menduduki tokoh ketiga hanya mampu merevolusi ajaran spiritual saja.

Seorang orientalis bernama Hatson dalam Islamic World History mengatakan tidak lebih dari 2 abad Islam berkembang ke seluruh dunia. Islam sudah mengalahkan Romawi Timur. Bahkan Islam berhasil menguasai Spanyol lewat Abdurrahman Ad Dakhil yang mendirikan Bani Umayyah II. Sampai wilayah timur, Islam sudah masuk  Indonesia hingga Cina. Apa yang dilakukan Nabi dan Sahabat untuk membangun pondasi Islam hingga menjadi sebuah peradaban yang kuat?

Ada beberapa hal yang dilakukan Nabi.  Pertama adalah quwwatul aqidah (menguatkan akidah). Nabi membangun umat yang mengikutinya harus memiliki iman yang kuat. Begitu seseorang masuk Islam, maka ia memiliki keimanan penuh dan berani mati untuk membela Islam. Keluarga Ammar bin Yasir tetap mempertahankan Islam meskipun disiksa oleh majikannya. Bilal bin Rabbah disiksa di padang pasir oleh majikannya, namun yang ia sebut adalah nama Allah. Iman jangan sampai dijual, iman harus tetap dijaga dan jangan sampai tergerus zaman. Beruntunglah para santri yang tinggal di pondok karena iman ditanamkan melalui kitab yang paling dasar yaitu aqidatul awam dan kitab-kitab lainnya. Apabila Islam ingin jadi pemimpin dunia, hendaklah menguatkan keimanan pemeluknya.

Baca Juga:  Mengenal Sekilas Maulid Diba'i

Kedua, quwwatul akhlaqiyah (kekuatan moral). Iman kuat yang didukung oleh moral yang baik menjadi daya tarik bagi Islam. Tidak ada bangsa akan mencapai bangsa yang besar kecuali bangsa itu memiliki keimanan dan harus didukung dimensi moral untuk menjaga dan merawat masyarakat. Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak umatnya. Moral dan akhlak yang baik menimbulkan ketertarikan bagi seseorang untuk mengenal Islam. Dalam hal akhlak, Nabi adalah sebaik-baik teladan. Terdapat sebuah kisah tentang seseorang yang sering meludahi Nabi. Pada suatu hari, orang tersebut tidak muncul dan tidak meludahi Nabi. Melihat hal ini, Nabi langsung mencari tahu. Ternyata orang tersebut sedang sakit. Apa yang dilakukan Nabi? Beliau mendatangi orang tersebut dan membawakannya kurma. Melihat akhlak yang ditunjukkan Nabi, orang tersebut menangis. “Muhammad, akhlakmu sungguh mulia. Tidak ada satu pun teman yang menjengukku. Tetapu engkau yang biasa aku jahati malah datang menjengukku,” katanya sembari memeluk Nabi Muhammad. Kemudian ia mengucapkan syahadat dan masuk Islam.

Ketiga, quwwatul ilmiyyah (penguatan ilmu). Orang islam harus menguasai ilmu pengetahuan. Orang Islam didorong untuk memiliki ilmu. Apabila ada tawanan perang yang bisa mengajarkan baca tulis, maka akan dibebaskan dengan syarat mau mengajar orang-orang muslim. Meskipun ummi, Nabi telah berhasil merevolusi masyarakat Arab dalam bidang keilmuan. Setelah Nabi wafat muncul ilmuwan-ilmuwan dari kalangan sahabat seperti Abdullah bin Abbas dari Makka, Abdullah bin Ka’ab dari Madinah, Abdullah bin Mas’ud dari Irak. Ketiganya menjadi ulama ahli tafsir pertama. Kemudian muncul tabiin-tabiin hebat. Hingga sampai pada zaman Imam Malik yang menulis kitab al muwatha’ dan membukukan fiqih tradisi Madinah. Dari Irak muncul Imam Hanifah. Pada 150 H muncul ulama besar bernama Imam Syafii yang terkenal kealimannya, kemudian muncul Imam Hambali hingga sampai pada ulama hadist Imam Bukhari dan Imam Muslim. Hingga akhirnya lahirlah seorang hujjatul Islam, Imam Ghozali. Selain dalam bidang agama, muncul ulama dalam berbagai bidang keilmuan. Oleh karena itu dalam Islam tidak ada dikotomi ilmu antara agama dan umum. Imam Ghozali membagi ilmu menjadi ilmu Kasyafah dan muamalah. Ilmu kasyafa digunakan untuk berhubungan dengan Allah dan ilmu muamalah untuk berhubungan dengan sesama makhluk. Islam menguasai peradaban, karena Islam berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan dunia dalam berbagai bidang seperti matematika, astronomi, filsafat, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain. Namun sayangnya, kejayaan ilmu pengetahuan ini tidak berhasil diteruskan oleh generasi Islam. Justru orang-orang Barat atau Eropa yang berhasil mewarisi keilmuan tersebut sehingga sekarang mereka yang menguasai peradaban dunia. Kunci untuk menguasai peradaban dunia adalah menguasai ilmu pengetahuan.

Baca Juga:  Perempuan dan Islam (2)

Keempat, quwwatul ukhuwwah (kekuatan ukhuwah). Nabi membangun persatuan Islam. Orang mu’min disebut sebagai ikhwah yang memiliki makna persaudaraan yang ikatannya seperti persaudaraan kandung. Orang islam harus memperlakukan saudaranya seperti saudara kandungnya sendiri. Hal ini telah dilakukan oleh kaum Anshor ketika menyambut kedatangan kaum Muhajirin. Kaum Anshor berbagi harta dan rumah dengan kaum Muhajirin. Keduanya bersaudara atas nama Islam. Namun sayangnya umat Islam hari ini sangat mudah teradu domba karena sedikitnya ilmu yang dimiliki. Oleh karena itu santri harus berani tampil menengahi berbagai konflik di masyarakat.

Kelima adalah quwwatul iqtishodiyah (kekuatan ekonomi). Nabi membangun kekuatan bisnis dan ekonomi untuk umat Islam. Berdirilah Baitul Mal. Apabila ada orang luar Islam masuk ke negara Islam untuk berdagang maka ia diwajibkan membayar cukai atau pajak. Orang Islam wajib membayar zakat. Orang non islam membayar jizyah dan ghonimah pasca perang. Beberapa sumber pendanaan ini dikelola untuk membangun ekonomi umat. Sembilan dari sepuluh ekonomi bersumber dari produksi dan perdagangan (Kitab Ianatut Tholibin). Santri harus berani untuk membangun ekonomi secara mandiri. Apabila ada revolusi industry 4.0, di mana posisi pesantren? Santri harus bangkit dan menjadi ahli-ahli dalam bidang ekonomi.

Kelima hal inilah yang menjadi kunci keberhasilan Nabi dalam membangun peradaban Arab yang awalnya merupakan bangsa yang tidak beradab dan tidak bermoral. Dalam kurun waktu kurang dari setengah abad, Nabi Muhammad berhasil merubah kehidupan bangsa Arab. Untuk mewujudkan kembali kejayaan Islam, mari kita bersama-sama untuk kembali memperkuat kelima hal tersebut. Kejayaan Islam masa depan ditentukan oleh kita hari ini. Kalau bukan kita, siapa lagi?

 

*Ceramah Ustaz Ihsanuddin pada peringatan Nuzulul Quran di PP Al Munawwir Komplek Q