Pagi yang cerah. Seragam putih abu-abu yang aku telah aku kenakan ini mampu membuat mataku enggan melepaskan pandangan.Aku menatap tubuh sendiri di depan cermin rias sambil menyisir rambut perlahan, rupanya aku ini sudah besar sekarang. Bukan anak kecil lagi. Hari ini adalah hari pertama aku menduduki bangku sekolah menengah atas

Khoirul Anam Gadis berkerudung yang selalu berada dalam pikiranku,melintas dan bersarang di sana,tanpa ku bisa menyentuhnya, hanya do’a yang dapat kulantunkan, Rika. Hidup kami selalu bersama dalam satu lingkungan, tapi terpisahkan oleh larangan. Yah, benar! Kami adalah santri pondok pesantren Darul Qur’an. Di sinilah  aku dan Rika dipertemukan. Sholat subuh

Damai terasa menikmati malam awal di tahun hijriyah ini. Muharram adalah bulan perdana di peradapan Islam. Hembusan angin dengan mesra membelai semua apa yang Allah gariskan di alam. Tari-tarian rumput yang tak sengaja dapat terlihat di panorama sepanjang pinggir jalan. Mengarungi malam ini, takkan lepas bayanganku dari indah paras jelita

Cerpen oleh Af’idatul Muzayyanah Foto/ ilustrasi oleh : Alifiia   Perkenalkan, namaku Ali. Aku seorang santri di sebuah pondok pesantren di Cirebon. Bukannya sombong, tapi aku cukup terkenal di kalangan santri putra, santri putri, dan tentu saja para kiai. Jangan salah paham dulu, aku terkenal karena sering kena takzir. Tapi,

Oleh : Zulfa Noor Hamidah Hari ini adalah hari yang istimewa bagiku. Hari di mana tidak ada lagi tugas, organisasi atau kegiatan apapun yang menyibukkan hari-hariku. Kini aku bisa sejenak menghirup udara segar yang telah lama ingin aku rasakan. Sambil menatap pemandangan sekitar yang masih terjaga keindahannya, pandanganku tiba-tiba terhenti

“Sesungguhnya aku akan meninggalkan kalian dan aku akan menjadi saksi kalian semua. Demi Allah, saat ini aku benar-baner melihat telagaku dan aku telah diberi kunci-kunci dunia dan akhirat. Demi Allah, aku tidak takut kalian akan berbuat syirik sepeninggalmu nanti. Yang aku takutkan, kalian akan bersaing dalam urusan dunia.” Itulah Pidato

Sebut saja dia Rini, dia adalah seorang santri sekaligus mahasiswa tingat akhir di sebuah universitas ternama di Kota Yogyakarta. Hari-hari yang ia jalani harus ia atur waktunya sebaik mungkin, antara waktu untuk di kampus dan di pondok. Pernah suatu ketika  teman-teman kampus mengajak hang out setelah kelas selesai, tapi dia

Rak-rak berjajar, buku-buku berderet, meja kursi berhadap-hadapan, manusia lalu-lalang. Berada di tengah berbagai entitas dan realitas, mengikuti arus atau melawan arus sama berisiko. Menjadi sama di antara ribuan, atau menjadi beda di antara jutaan sama. Berlomba meraih standar masyarakat yang entah “setan” mana memulainya. Dianggap lemah kala menyerah tanpa tahu

Pagi yang gaduh. Usai sholat subuh, semua santri berkumpul di mushola, masih lengkap dengan mukenah dan sajadahnya. Terdengar lantunan Surah Yasin yang menggetarkan hati. Pipi-pipi merona itu basah dengan guyuran air mata, begitu pula aku. Air mata ini tak butuh beragam notifikasi untuk jatuh, meluber, kemudian membanjiri pipi dan mukenahku.