Dalam mimpiku kubisikan kegalauanku  Mengenai sepucuk surat cinta yang tak terbalas oleh waktu Aku tak tahu harus kemana aku mengadu  Pada akhirnya kutemukan jalan untukku  Ketika sang surya muncul di laut biru  Saat itulah tiba perjuanganku  Bersenjatakan pena dan buku Dinginnya pagi yang menyelimuti tubuhku  Juga panasnya siang menerpa kulitku 

Wahai Sang Pemilik langit merah Pada butiran mutiara yang jatuh Kurasa… Rasa ini tak ubahnya jeritan tasbih Mengalun perlahan penuh tatih Dan sekali lagi Lidah ini kilu tercekat Napas ini seolah dioyak masa Kudengar sosok disana Benar-benar tak memberi asa Tak kudengar sekalipun dirinya berkata “iya” Memang tak pernah kuungkap

Larut hampir pagi. Di sebrang sana ayat-ayat-Nya bersahutan dengan sunyi. Lembar ke lembar terjaga dalam dekapan. Angin menyemai, matanya tetap terjaga dengan aman. Pagi-nya merapal kembali. Berjejer berbaris antri. Dari mulutnya yang keluar selalu indah. Makhraj, irama selalu sempurna terjamah. Membuka-menutup-menunduk. Mushaf adalah kekasihnya. Dibawa ke mana-mana. Dalam hati, pikiranpun

Kepada yang sedang berjuang Apapun itu, semoga tercapai dengan hasil terbaik  Semoga kamu mampu melalui semua masa sulit di depan sana  Jangan kecewa jika apa yang terjadi tidak berjalan sesuai harapan Jalan lurus yang ada dalam benakmu sebenarnya berkelok, berlubang, bahkan berduri tajam  Namun, pelangi yang indah telah menantimu di

Bumi ditikam diam dan sunyi. Hijau dedaunan menguning sendiri. Sayup alang-alang ingin bergerak dilanda angin, ketakutan. Di pelataran rekah, bunga-bunga tertahan. Gemuruh hujan, menangisi kesepian. Bumi tak lagi ramai. Seisinya tumbang. Geluduk petir terdengar lenggang. Kokok ayam menjadi sumbang. Manusia pejalan, dirundung bingung bukan kepalang. Anggrek-angrek putih menghitam. Langit sebiru

Pekat malam semakin sunyi Tak satupun suara berbunyi menjadi-jadi Candra asterisk saling hias mengiringi Bumantara memberikan tabik pada penikmat sejati ‘Selamat malam wahai makhluk bumi’ Kutengadahkan tangan Bermunajat pada Sang Illahi Rabbi Kuminta ampunan Ridlo juga belas kasih Agar jadi hamba yang dikasihi Kekasih Kutitipkan satu nama Yang telah tertulis

Aku manusia… Yang berawal dari segumpal tanah dan segumpal darah, lalu ditiupkan padanya ruh agar ia mampu bergerak dan menjadi khalifah (pemimpin) bagi dirinya dan orang lain. Aku manusia… Yang seiring berjalannya waktu, bertegur sapa dengan dosa dosa dunia, melupakan ancaman ancaman yang nyata, membiarkan luka batin terbengkalai hingga menjadi

Hidup adalah sebuah perjalanan Lika-liku akan selalu menyertai sebagai  ujian Kegagalan, berperan  untuk bukti keseriusan Sukses,jaminan untuk yang berjuang Bangkit awal mula sebuah  keberhasilan Menyerah,kesempurnaan awal membentuk penyesalan Kesalahan  adalah hal wajar yang dilakukan manusia sebagai insan Kemudahan  hadir sebagiai pertolongan Tuhan Orang tua motivator terbaik dalam sebuah perjuangan Harapan

Ku ayunkan langkah kakiku karena terpaksa… Terpaksa karena tak dapat jatah sekolah negeri Terpaksa karena aku terdepak dari keluargaku Terpaksa karena aku bosan dengan pola hidup serba euforia Aku langkahkan kakiku entah untuk tujuan apa, aku pun tak tau pasti // Sehari terasa seminggu Seminggu terasa sewindu Aku ikuti alur

Mungkin ada setumpuk rindu yang hanya bisa dipendam pada masing-masingnya. Ingin mengungkap tapi terhalang sungkan dan segan bahkan gengsi untuk memulai berucap Bertemu, hanya bersapa tatapdan senyum tanpa perbincangan yang berarti. Lorong yang tak seberapa ukurannya itu pernah menjadi saksi segala macam perbincangan kami dari hal pelajaran, pengalaman, bahkan soal