25 Santri Resmi Menjadi Mutakhorijat

Diposting pada

Yogyakarta, 15 Februari 2019, Madrasah Salafiyah III berhasil menjalankan acara wisuda 25 santrinya. Wisuda tahun ini merupakan wisuda ke 19. Santri-santri telah berhasil melewati serangkaian ujian sebagai syarat menjadi mutakhorijat. Diantara ujian yang harus dilewati adalah munaqosyah tugas akhir dan ujian akhirussanah.

Acara yang berlangsung di halaman musholla barat ini diawali dengan pembacaan tahlil oleh K.H. Muslih Ilyas. Setelah pembacaan tahlil selesai, acara dilanjutkan dengan menyanyikan mars madrasah oleh mutarkhorijat dan dilanjutkan dengan prosesi wisuda. Nyai Hj. Khusnusl Khotimah Warson dan Gus Kholid Arif Rozaq sudah siap di atas panggung untuk memberikan syahadah kepada santri. Kemudian satu per satu santri maju untuk menerima syahadah tersebut.

Setelah prosesi wisuda, para mutakhorijat melaksanakan baiat mutakhorijat yang dipimpin oleh Ustad Toifur. Dalam baiat tersebut, para santri berjanji akan menjunjung tinggi Islam ala Ahlussunnah wal Jama’ah, berakhlaq mahmudah sesuai Al Quran dan sunnah serta bimbingan ulama. Kedua, santri juga akan mengembangkan dan mengamalkan ilmu dimasyarakat kelak. Ketiga, santri beraktivitas sesuai kemampuan dan dilandasi dengan ikhlas. Keempat, santri akan mendahulukan kepentingan bangsa, negara, dan agama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Terakhir santri berjanji akan menjunjung tinggi kehormatan ma’had, yakni PP Al Munawwir Komplek Q berserta pengasuh dan asatidznya.

Selepas pembacaan baiat, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Gus Kholid Arif Rozaq menyampaikan sambutan pertama sebagai perwakilan dari pengasuh. “Terima kasih kepada para walisantri yang sudah mempercayakan anak-anaknya kepada kami, mohon maaf atas kekurangannya,” ujar Gus Kholid.

Sambutan kedua disampaikan oleh Bapak Hikman Najib, selaku walisantri dari El Minahussaniatul Ula. Sebagai walisantri, tentunya Pak Hikman mengucapkan terima kasih kepada para pengasuh atas bimbingan yang diberikan kepada para santri selama ini. Beliau juga mengatakan bahwa anak, apalagi di usia remaja, pasti pernah melakukan perbuatan yang kurang sopan. Oleh karena itu, beliau mewakili para walisantri mengucapkan permohonan maaf kepada pengasuh dan asatidz.

Terakhir, Pak Agus Najib selaku kepala madrasah menyampaikan sambutannya. Pak Agus Najib atau yang biasa disapa Pak Mamik ini mengucapkan banyak terima kasih kepada panitia yang sudah menyiapkan acara dari jauh-jauh hari. Sebagai kepala madrasah, beliau menyampaikan harapan kepada 25 santri yang diwisuda untuk menjadi pendakwah Aswaja.”Rosulullah berkata bahwa di akhir zaman banyak anak muda minim pengetahuan agamanya tapi menyalahkan sholat, puasa dan amalan orang lain, bahkan membid’ah dan mengkafirkan juga. Ini adalah tantangan bagi santri dimasyarakat,” pesan Pak Mamik kepada santri-santri.

Ikfi Nuril Khoirizah, salah satu mutakhorijat mengatakan bahwa setelah wisuda, ia merasa adanya beban sebagai mutakhorijat. “Membawa gelar mutakhorijat Madrasah Salafiyah III itu berat, padahal belum bisa apa-apa,” ungkap santri asal Kediri tersebut.