Puisi : Oleh Hanin Nur Laili
Agar rasaku kepadamu, sesudah rasaku kepada Penciptamu
Karena Dzat yang telah menciptamu lebih layak dipuji darimu
Agar rasa ini aku utamakan untuk Sang Khalik dulu
Kamu nomor seratus sekian, tapi percayalah meski begitu
Kamu masihlah bagian dari ruang hati yang berkubu kubu
Agar rinduku kepadamu, setelah rinduku kepada Penciptamu
Karena kau hanyalah secuil debu dari triliunan keindahan-Nya
Terkadang mengikat hati agar tidak melampaui batas sangat pelik
Aku mengetahuimu, lalu jatuh hati, dan meloncat penuh suka
Padahal itu salah, salah besar! tidak seharusnya sebegitunya
Agar perhatianku kepadamu, setelah perhatianku kepada Penciptamu
Karena perhatianku kepadamu terkadang hanya menghasilkan
Kegelisahan dan kegundahan sekujur jiwa, semu
Lalu bagaimana menyiasati perhatian kepadamu yang tidak terlalu perlu
Agar perhatian ini berprioritas kepada Sang Rahman sekaligus Rahim
Agar cintaku kepadamu, setelah cintaku kepada Penciptamu
Karena cinta padamu hanyalah bagian dari kesenangan yang memperdayakan
Agar pengabdianku hanya diabdikan kepada Dzat yang pantas diabdi
Bukan kepadamu yang statusnya sama denganku, abdun, hamba
Lalu, agar rasa ini bukan gelombang yang menjerumus ke nar-Mu