Jika Idul Fitri diartikan sebagai kembali lagi pada kesucian, atau banyak orang bilang “0:0 lagi deh yaa” Maka mungkin tidak salah jika Awwalusanah juga diartikan sebagai hari baru untuk memulai tahun ajaran baru dengan semangat baru. Dalam teori Hierarki Kebutuhan Maslow yang sudah tidak asing kita dengar, disebutkan terdapat kebutuhan

Senyum yaitu menggerakan bibir dengan menaikkan antara dua sudut bibir dengan wajah berseri dihadapan orang lain. Tersenyum merupakan salah satu cara sederhana untuk mengatasi banyak hal.  Memberikan senyuman kepada orang lain tidaklah perlu menunggu rasa senang datang menghampiri diri kita, karena justru dengan senyumlah dapat membuat diri kita menjadi lebih

Kepada yang sedang berjuang Apapun itu, semoga tercapai dengan hasil terbaik  Semoga kamu mampu melalui semua masa sulit di depan sana  Jangan kecewa jika apa yang terjadi tidak berjalan sesuai harapan Jalan lurus yang ada dalam benakmu sebenarnya berkelok, berlubang, bahkan berduri tajam  Namun, pelangi yang indah telah menantimu di

Pekat malam semakin sunyi Tak satupun suara berbunyi menjadi-jadi Candra asterisk saling hias mengiringi Bumantara memberikan tabik pada penikmat sejati ‘Selamat malam wahai makhluk bumi’ Kutengadahkan tangan Bermunajat pada Sang Illahi Rabbi Kuminta ampunan Ridlo juga belas kasih Agar jadi hamba yang dikasihi Kekasih Kutitipkan satu nama Yang telah tertulis

Corona, enam huruf yang akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan. Tidak hanya di negara Indonesia, tapi juga Mancanegara. Tidak hanya di kota-kota besar, tapi juga pelosok-pelosok desa. Tidak terkecuali di desa saya sendiri. Seluruh perbincangan dan pembicaraan tentang corona, selalu bernuansa sedih dan negatif. Meski tidak jarang nuansa itu akhirnya menimbulkan

Aku manusia… Yang berawal dari segumpal tanah dan segumpal darah, lalu ditiupkan padanya ruh agar ia mampu bergerak dan menjadi khalifah (pemimpin) bagi dirinya dan orang lain. Aku manusia… Yang seiring berjalannya waktu, bertegur sapa dengan dosa dosa dunia, melupakan ancaman ancaman yang nyata, membiarkan luka batin terbengkalai hingga menjadi

Muhammad Sa’id ibn Mula Ramadhan ibn Umar Al-Buthi atau kerap dikenal dengan nama Syekh Buthi, dilahirkan di Desa Jilka, Pulau Buthan (Ibn Umar), sebuah kampung yang terletak di bagian utara perbatasan antara Turki dan Iraq Buthan (Turki) pada tahun 1929 M / 1347 H. Pada saat memasuki usia empat tahun

KH Hasyim Asy’ari memiliki santri yang hebat-hebat, salah satunya yaitu KH Adlan Aly, Pendiri Pesantren Putri Walisongo Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, dan Ketua Umum pertama Jam’iyyah Ahli-Thariqah Al-Mu’tabarahan-Nahdliyyah, organisasi tarekat di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ini dikenal sebagai sosok yang wara’,

Hidup adalah sebuah perjalanan Lika-liku akan selalu menyertai sebagai  ujian Kegagalan, berperan  untuk bukti keseriusan Sukses,jaminan untuk yang berjuang Bangkit awal mula sebuah  keberhasilan Menyerah,kesempurnaan awal membentuk penyesalan Kesalahan  adalah hal wajar yang dilakukan manusia sebagai insan Kemudahan  hadir sebagiai pertolongan Tuhan Orang tua motivator terbaik dalam sebuah perjuangan Harapan