Masih ku ingat betul langit hitam di pagi Jum’at
Di 18 April 2013
Selepas shubuh yang masih remang kami berkumpul di ruang kosong yang penuh
Semua sesak berjama’ah
Menyeka ujung mata masing-masing
Tidak ada kompromi, namun seperti sudah ada komunikasi dalam hati ke hati
Suasana menjadi tidak menyenangkan,
Pikiran medadak kalang kabut
Pengurus wara wiri dengan wajah bingung
Tak lama memberi instruksi: mari kita baca yasin bersama.
Ada apa ini?
Gumam santri yang usia mondoknya belum genap setahun.
Kebingungan itu diperjelas dengan suara pengumuman di balik pengeras suara oleh Pengurus:
“Bapak sampun sedo”
Tangis kami membuncah
Semua berpeluk saling menguatkan
Kami tidak pernah menyangka akan secepat ini
Pagi di 18 April 2013, sebelum shubuh
Bapak masih baik-baik saja,
Membangunkan abdi ndalemnya untuk sholat shubuh
Lalu selepas shubuh Bapak berpulang
Di hari baik
Di hari yang banyak orang-orang ingini untuk pulang
Kini, kami hanya bisa mengenang.
Memanjatkan Do’a setiap rindu melanda
Kami iri Pak,
Tidak punya waktu lama bersama Bapak.
Kami hanya bisa mendengar cerita dari mulut ke mulut tentang sosok engkau yang begitu dekat dengan santrinya
Mengenali satu persatu namanya
Kami iri Pak,
Ingin mengaji langsung kepada Bapak.
Tapi kami yakin,
Sampai detik ini Bapak selalu dekat bersama kami.
Oleh: Indah Fikriyyati
Yogyakarta, 07 Februari 2019
Menjelang Haul Bapak Ke-6