KH. Ahmad Warson Munawwir

Bapak

Diposting pada

Masih ku ingat betul langit hitam di pagi Jum’at

Di 18 April 2013

Selepas shubuh yang masih remang kami berkumpul di ruang kosong yang penuh

Semua sesak berjama’ah

Menyeka ujung mata masing-masing

Tidak ada kompromi, namun seperti sudah ada komunikasi dalam hati ke hati

Suasana menjadi tidak menyenangkan,

Pikiran medadak kalang kabut

Pengurus wara wiri dengan wajah bingung

Tak lama memberi instruksi: mari kita baca yasin bersama.

Ada apa ini?

Gumam santri yang usia mondoknya belum genap setahun.

Kebingungan itu diperjelas dengan suara pengumuman di balik pengeras suara oleh Pengurus:

“Bapak sampun sedo”

Tangis kami membuncah

Semua berpeluk saling menguatkan

Kami tidak pernah menyangka akan secepat ini

Pagi di 18 April 2013, sebelum shubuh

Bapak masih baik-baik saja,

Membangunkan abdi ndalemnya untuk sholat shubuh

Lalu selepas shubuh Bapak berpulang

Di hari baik

Di hari yang banyak orang-orang ingini untuk pulang

Kini, kami hanya bisa mengenang.

Memanjatkan Do’a setiap rindu melanda

Kami iri Pak,

Tidak punya waktu lama bersama Bapak.

Kami hanya bisa mendengar cerita dari mulut ke mulut tentang sosok engkau yang begitu dekat dengan santrinya

Mengenali satu persatu namanya

Kami iri Pak,

Ingin mengaji langsung kepada Bapak.

Tapi kami yakin,

Sampai detik ini  Bapak selalu dekat bersama kami.

 

Oleh: Indah Fikriyyati

Yogyakarta, 07 Februari 2019

Menjelang Haul Bapak Ke-6