Ijinkan aku mengenang Bapak tanpa derai air mata
Biarkan aku memahat sosok Bapak di hati dan jiwaku dalam sukacita
Karena Bapak yang menerbitkan rinduku adalah sosok Bapak yang lucu
Menghidupkan suasana penuh gembira dan suka bercanda
Ada santri dijuluki dakocan
Ha ha haa
Kurasa tak ada yang marah dan tersinggung dengan candaan Bapak
Eemmm … kurasa malah makin cinta
Kuingat situasi nan lucu
Saat aiphone yang terhubung dengan ndalem dinyalakan tanpa sepengetahuan santri-santri
Semua bicara ceblang ceblung sebagaimana biasa
Lantas tetiba terdengar suara khas penuh wibawa,
“Sopo kuwi sing ngomong?”
Bayangkanlah suasana lintang pukang akibat salah tingkah mereka yang baru saja melontar kata-kata
Ha ha haaa
Bapak sungguh istimewa
Karena begitu banyak santri merasa diistimewakan
Begitu pun aku
Yang pernah diperkenalkan Bapak pada para tamu.
“Kenalkan. Ini santri saya yang istimewa. Dia seorang penulis.”
Ijinkan aku mengenang Bapak dalam balutan cinta dan sukacita
Karena aku sudah lelah menghamburkan air mata
Kusadari penyesalan masa lalu tiada guna
Biarpun kusanggup mengalirkan air mata seharian tanpa henti
Masa-masa indah bersama Bapak tak akan pernah kembali
Biarkan aku mengenang Bapak dalam sehat dan gembira Beliau
Dalam sederhana nan berwibawa
Kefasihan mengucap berbagai istilah hukum dalam bahasa Belanda
Memotivasi santri untuk berjuang sebaik-baiknya dalam segala
Bapak,
Ah, sejatinya memang tak mungkin mengenang Engkau tanpa mengalirkan air mata
Jadi biarlah mengalir sekadarnya
Sekadar membuktikan bahwa hatiku tidak membatu
Penyesalanku usai sudah
Air mata dukaku telah cukup
Saatnya berjuang
Selalu dan selamanya
Menjadi penulis pecinta aswaja
Semoga menjadi istimewa bagi Bapak
Bapak tercinta bagi semua
Bapak istimewa bagi semua
Karena Bapak kami, memang sungguh keren sekali
Gringsing, 21 Januari 2021