Teriak air hujan turun bergantian
Wanita itu, menatap gubuknya
Dindingnya mulai retak
Ia sendirian, di bawah purnama
Memeluk angan, yang tak ada wujudnya.
Hujan telah meninggalkannya
Di kala malam semakin padam,
Ia melihat bayangan.
Mimpi…
Mimpi yang sangat jauh di sana
Di balik planet, di antara bintang kejora
Tak pernah tersentuh
Tak pernah terlihat
Dan, tak pernah nyata.
Isak tangis wanita itu tak bersuara
Hanya bisikan angin mulai menusuk tulang-tulangnya
Tatapannya kosong
Mulutnya membisu
Kehampaannya, menembus dinding jiwanya.
Kabut telah menutupi matanya
Harapan, sudah ditelan kegelapan
Yang tersisa hanya bau tanah yang menyengat
Ribuan genangan yang melambat
Dan angan-angat yang tersayat.
–
Oleh: Rizqi Awaliya Husna
–
Foto: Linda Xu on Unsplash