Dzawin Nur Ikram, santri asal Bogor ini merupakan finalis kompetisi stand up komedi di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Latar belakangnya sebagai santri, sering ia jadikan sebagai bahan ketika tampil. “ Kenapa sering bicara tentang santri, biar orang tahu kalau santri itu nggak cuma kumuh, tapi bisa masuk tv, “ ujar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah ini.
Dalam acara Malam Kebudayaan Santri di Panggung Krapyak, Yogyakarta, Dzawin menghibur santri serta penonton lainnya. Dalam acara tesebut, hadir Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Novelis Habiburrahman El Shirazy, Roma Hurmuzy, Inayah Wahid serta masih banyak seniman lainnya.
Dalam penampilannya, Dzawin membawakan meteri yang tidak jauh dari kehidupan di pesantren. “ Dulu gue jadi qismul lugho, yang ngawasin santri yang berbahasa Indonesia, “ kata Dzawin. Selama penampilannya, Dzawin juga bercerita tentang masa-masa di pondok pesantrennya.
Dzawin menceritakan salah satu maqolah kiainya ketika wisudah, jadi apapun jangan lupa kalau asalnya adalah santri. Oleh karena itu ia mengatakan bahwa inti dari menjadi santri adalah attitude.
Selain menghibur, Dzawin juga menyelipkan beberapa pesan bagi santri. Salah satunya ia menantang santri pelajar yang berani maju ke depan untuk mengambil uang 100.000 darinya. Beberapa saat kemudian, seorang santri putra memberanikan diri mengambil uang tersebut. Setelah itu, ia mengeluarkan uang 500.000 dari dompetnya, kembali ia menantang santri untuk maju ke depan mengambilnya, 3 santri maju ke depan. Tetapi ia malah tak memberikan uang tersebut, dengan sigap ia berkata “ kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya, “ sontak para penonton tertawa melihat tingkah laku Dzawin yang seperti menjaili teman sendiri di pesantren.
Kemudian, ia kembali mengeluarkan uang 100.000 dari dompetnya, lagi-lagi ia menantang santri untuk berani maju ke depan untuk mengambil uangnya, namun kali ini ia memberikannya sembari berkata “ kesempatan tidak akan datang dua kali tapi ia datang pada siapa saja yang tak pernah berhenti mencarinya, “ sontak kalimat penutup penampilannya ini disambut tepuk tangan riuh penonton. (Fidhoh)