Almunawwir.com – Adanya peringatan haul sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw, adanya para wali, kemudian turun-temurun hingga saat ini sampai generasi para ulama. Seperti peringatan Haul Mbah Warson sekarang ini. Pernyataan itu disampaikan oleh KH Ahmad Muwafiq dalam acara peringatan Haul KH Ahmad Warson Munawwir, Ahad malam (2/2) bertempat di halaman Pondok Pesantren Almunawwir Komplek Q.
Haul tahun ini merupakan haul ke-7 KH Ahmad Warson Munawwir. Selain Majlis Haul terdapat juga serangkaian acara di antaranya, Mubes dan Temu Alumni Halqimuna, Semaan Al-Qur’an, Ziarah Makbarah dan Haflah Salafiyah dan MTPA yang akan digelar pada Senin malam (3/02).
KH A Warson Munawwir merupakan penyusun kamus legendaris “Kamus Almunawwir.” Beliau wafat pada Kamis pagi, 18 April 2013 meninggalkan jejak hidup dan warisan keilmuan yang luar biasa untuk memperkaya khazanah keilmuan pesantren.
Kamus Almunawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia yang disusun atas bimbingan KH Ali Maksum yang mempunyai ketebalan 1634 halaman itu menjadi warisan luhur Mbah Warson. Dalam perjalanannya kamus itu masih dijadikan rujukan utama para santri di berbagai daerah digunakan sebagai acuan untuk bendahara kosakata kitab kuning dan ataupun belajar Bahasa Arab.
Para jamaah yang hadir di majlis merupakan undangan dari beberapa elemen, seperti kiai, keluarga, santri dan masyarakat sekitar. Sembari menikmati hidangan dari panitia, para jamaah khidmah mengikuti jalannya acara dan mendengarkan ceramah agama yang disampaikan oleh Gus Muwafiq.
Baca Juga: Puncak Acara Haul ke-7 K.H. A. Warson Munawwir
Akhir-akhir ini banyak manusia yang lupa dengan masa lalu, kasus ini yang kemudian dikomentari oleh Kiai asal Lamongan Jawa Timur itu. Beliau berpesan supaya kita menghargai sejarah.
Banyak manusia tidak memahami bahwa ada pelajaran dari perjalanan yang panjang yaitu sejarah. Pergantian generasi baru ke generasi yang lain. Seperti ini sudah hilang, apa yang terjadi di masa lalu juga sudah hilang. Yang terjadi di peringatan hilang, sejarah yang akan dilewati juga hilang. Tanpa menghargai sejarah, semua itu tak membekas.
Berkaitan dengan sejarah, Gus Muwafiq lalu mengaitkannya dengan tradisi peringatan haul yang lazim dipelihara oleh orang-orang pesantren. Beliau menyampaikan dengan menyebut penamsilan antara ‘orang baru’ dan ‘orang lawas’.
Gus Muwafiq menyebut bahwa orang baru itu biasanya lupa dengan orang lawas. Kalau sudah lupa, biasanya lupa dengan jasa mereka. Zaman sekarang, hal ini sudah lazim, sehingga apa yang dianggap peringatan haul seperti ini tidak ada pengaruhnya. Pada akhirnya, tidak ada ikatan antara orang-orang masa lalu dengan masa kini.
Sebagai penutup beliau berpesan “santri sudah ditembus oleh kiai-kiainya dengan berbagai frekuensi, batinnya jangan sampai terlepas dengan guru-gurunya, ya salah satunya dengan nyadong berkah haul ini. Itulah yang akan membawa keberkahan bagi kita semua.”
Peringatan haul ini dituntun oleh pembawa acara Ustaz H M Ihsanuddin. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an oleh saudara Alfin Fauzi. Kemudian dilanjutkan sambutan atas nama Pengasuh Komplek Q yang disampaikan oleh KH Muhtarom Busyro. Sebelum ditutup dengan pembacaan Yasin oleh KH.Fairuzi Afiq Dalhar, tahlil dan doa yang dibawakan oleh KHR M Najib Abdul Qodir.
–
Pewarta: Nidia Albarida
Editor: Afqo