Yogyakarta— Pendakwah kondang, Habib Hussein Ja’far Al-Hadar beberkan tips dan memperkenalkan santri beberapa potensi yang harus dikenali dalam mengembangkan dakwah di era digital, Senin (25/10) di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta.
“Santri harus zuhud kepada dunia, serta kepada media sosial juga. Jangan ditinggalkan layaknya kehidupan dunia. Namun, jangan sampai masuk ke hati. Biar kita yang menggenggam media sosial, jangan sampai media sosial yang menggenggam kita,” ungkap pria lulusan Magister Tafsir Qur’an UIN Syarif Hidayatullah itu.
Dalam talkshow bertajuk “Potensi Santri dalam Pengembangan Solusi Dakwah Digital” yang memeriahkan peringaran Hari Lahir (Harlah) Pesantren Krapyak itu, Habib Ja’far beberkan tips bagaimana seharusnya santri mengelola media sosial dalam kehidupan.
“Menggunakan media sosial hanya sebagai alat. Jangan sampai media sosial merebut diri menjadi diri yang berbeda dalam pengertian yang negatif. Untuk mengantisipasi diri agar tidak berubah menjadi diri yang negatif, bisa dengan memegang teguh adab dan prinsip sebagai santri dalam bermedia sosial,” tegasnya.
Baca Juga: Gus Faik Muhammad Ungkap Kebiasaan Santri Almunawwir
Menurut youtuber 658 ribu subscribers itu, kita perlu memahami beberapa hal yang termaktub di dalam kitab Ta’limul Muta’allim untuk diimplementasikan ketika bermedia sosial agar tidak keblinger dalam menikmati media sosial.
Selain menjelaskan etika ber-media sosial, penulis Indonesia itu juga membeberkan beberapa hal penting untuk membangun konten di media sosial. Menurutnya, paling tidak ada 12 hal penting.
“Dalam bermedia sosial, ada 12 hal penting yang perlu kita perhatikan yaitu keviralan, menarik, kredibel, singkat padat dan jelas, emosional, provokatif tapi positif, merangkul, slow atau santai, moderat, kontekstual, konsistensi, dan kedekatan,” jelasnya.
Habib Ja’far mengungkapkan salah satu contoh tentang pentingnya memperhatikan konten media sosial adalah soal kedekatan.
“Jangan yang jauh-jauh. Semua youtuber yang sukses, Raditya Dika, ngomongin hal-hal yang dekat. Ngomongin dunia santri. Santri itu Cuma 1,4 juta, orang Indonesia itu 300 juta. Ada 299 juta orang di sana yang nggak tahu dunia santri. Jadi kalau kamu ngomongin santri, itu bukan hanya dakwah islam tapi dakwah pesantren,” tuturnya.
Pendakwah asal Bondowoso itu juga menuturkan bahwa salah satu hal yang hanya ada pada santri adalah keberkahan. Sehingga, tolok ukur santri tidak dalam ukuran-ukuran yang menjadi standar negara-negara di luar sana atau bahkan oleh santri itu sendiri.
“Santri yang dulunya goblok di pesantren tiba-tiba sukses jadi kiai, punya pesantren. Eh, yang pinter malah jadi tukang cilok. Itu kan aspek keberkahan yang kita tidak tahu,” tandasnya.
Pewarta: Sofia
Foto: Dokumentasi Pribadi