Hanya senja
Yang tersenyum di ufuk barat
Sambil malu-malu
Membantuku mengeja aksara demi aksara
Perihal intuisi puisi berujung ilusi
Terhanyut lembut menjemput imajinasi
Hanya senja
Yang paling setia menanti malam
Untuk membawanya tenggelam
Ke dasar alam yang seolah karam
Bertenang hati mengusir suram
Hanya senja
Yang paling lihai mencanda cinta
Mentaarufi semua yang disapanya
Mencipta guratan cahaya tanpa peta
Menjajaki setiap sudut tanpa bertanya
Adakah yang menunggunya?
Hanya senja
Abdi tuhan yang setia menjemput adzan
Dengan tata krama paling sopan
Mengurai gradasi penuh keindahan
Jingga ungu hitam yang menawan
Hanya senja
yang bersembunyi di balik senyummu
menyaksikan pertama kali kita bertemu
saat mata kita saling beradu
mengisyaratkan tanya “siapa namamu?
di pelataran masjid jami’ pesantrenku
Hanya senja
Untuk kedua kalinya mengantarmu padaku
Sayangnya kali ini matamu tak melihatku
Sehingga hatiku ragu-ragu
Akankah ini takdirku padamu
Atau hanya pertemuan sambil lalu
Yang seketika itu juga kau lupa padaku
Hanya senja
Membuatku tak berharap banyak
Tak perlu menjadi bintang di langit
Atau mutiara dalam lautan
Karena yang ku ingin menjadi senja terahirmu
Hanya senjamu
Krapyak, 9 Maret 2017
Sehari menjelang khataman
Oleh: Dewi Habiba (Penyair asal Banyuwangi)