KH Afif Muhammad : Qasidah Burdah Ini Memiliki Kekuatan Spiritual dan Sastra yang Tinggi

Diposting pada

Salawat Burdah merupakan sholawat yang tak asing di kalangan masyarakat Islam. Menurut KH. Afif Muhammad, salawat ini adalah salawat yang dapat diterima oleh berbagai masyarakat Islam di dunia. Pasalnya kebanyakan dari mereka adalah pengamal tasawuf dan tarekat, yang mana di dalam kitab B urdah terdapat hal-hal yang berhubungan dengan amalan tersebut.

Kitab Burdah merupakan karya syair yang dikarang oleh Imam Abu Abdillah Al-Bushiri pada abad ke 7 H atau kurang lebih sekitar tahun 650 M. Beliau merupakan pujangga yang standar kesastraannya bisa dikatakan melebihi standar kesusastraan sastra Arab.

Pada suatu masa beliau Imam Abu Abdillah Al Bushiri mengalami kelumpuhan sehingga beliau memutuskan untuk menulis syair-syair tentang Rasullulah dengan harapan dapat mendapatkan syafaatnya. Tepat ketika Imam Bushiri menulis bait ke 160 kepada rasul, beliau mengalami kesembuhan seperti sediakala. Bahkan beliau juga sempat bertemu dengan sang baginda lewat mimpinya.

Tak disangka kitab Burdah ini mengalami kemasyhuran hingga sekarang. Ada yang menggunakannya sebagi wirid tahunan seperti PP Al Munawwir Krapyak, ada yang menggunakan sebagai wirid bulanan, mingguan dan harian. Bahkan beberapa cuplikan salawat ini digunakan sebagai salawat pembuka atau penutup majlis di beberapa majlis pengajian.

Tak hanya itu, sholawat burdah juga mengandung faidah keberkahan di dalamnya. Ada yang memetik bagian di dalamnya guna permohonan hajat dan ada pula yang menggunakannya sebagai pendingin dalam menghadapi suatu persoalan.

Terdapat suatu cerita bahwa Imam Abu Abdilah Al Bushiri bertemu dengan orang tak dikenal pasca penulisan Syair Burdah. Orang tersebut berkata bahwa beliau bermimpi Rasulluah memberikan mantel jubah (Burdah) kepada orang-orang yang membaca syair Burdah. Dalam cerita tersebut dapat diartikan bahwa syair burdah ini layak menjadi masyhur sebab syair ini mendapat pengakuan dari Rasulluah.

Syair indah ini memiliki kekuatan spiritual serta keberkahan dalam kandungannya. Secara kesusastraan memiliki ruh, karena di dalam terdapat pujian kepada Rasul. Di dalamnya terdapat maulid yang berisi sirah kenabian, Quran dan Mujizat, Isra’ Mi’raj dsb yang bermanfaat dalam dhohir dan bathin bagi si pembaca. Di samping karya sastra ini juga sangat bermanfaat bagi sastrawan.

“Kelihaian dalam sajak dan pemilihan dalam diksi yang elok membuat karya sastra ini sangat bermanfaat bagi sastrawan satrawan lain” tutur KH. Afif Muhammad.

Sumber: almunawwir.com