Krapyak – Mbah Munawwir iku termasuk ulama yang menjaga salat lima waktu. Mbah Munawwir tidak memberi ijazah kecuali kepada santri yang menjaga jama’ah salat lima waktu. “Salat jamaah itu buat memimpin Indonesia.
Jama’ah itu bisa menjadi leadership training,” tutur KH Muhammad Mukti selaku pengisi mauidhoh hasanah pada pengajian haul al Maghfurlah KH M Moenawwir bin Abdullah Rosyad ke 80.
“Karena itu, ojo wani-wani ninggal salat jama’ah,” pesan kiai yang juga dosen di IAIN Purwokerto itu.
Dalam kesempatan ini, Kiai Mukti menyorot kekeramatan Simbah KH M Moenawwir. Antara lain mengenai banyaknya santri Mbah Moenawwir. “Santrinya Mbah Munawwir itu tersebar di seluruh dunia. Sanad beliau itu sampai ke Rasulullah.”
Di sisi lain, pada runtutan sanad beliau terdapat nama KH Saleh Darat yang memiliki santri putri termashur benama R.A Kartini.
Kiai Mukti mencoba beraudiensi dengan melayangkan pertanyaan “kalau sudah jelas runtutan sanad dan nasabnya, lalu apakah kita bisa mendapatkan syafaat dari Nabi kalau tidak mengikuti kiai? kalau tidak nderek kiai?”
Selain itu, beliau juga menyinggung kondisi pesantren dewasa ini. Bahwa tidak sedikit ulama yang enggan merawat pesantren karena murah. Padahal, Kiai Mukti mengutip Buya Hamka, pesantren itu embrio berdirinya Indonesia, al-ma’had ‘imaadul bilad. Barangsiapa yang menegakkan pesantren, maka ia menegakkan negara.
Beliau juga memberi peringatan, mewanti-wanti dengan menjelaskan jasad siapa saja yang tidak akan disentuh oleh belatung di alam barzakh nanti. “ada 6 jasad yang tidak disentuh belatung di alam barzakh, jasad para nabi, jasad syuhada’, jasad muadzin, jasad al-Ulama’ul Amiliin, dan jasad hamilul qur’an,” pesan kiai yang sangat sederhana tersebut.
Sumber: almunawwir.com