Komplek Q Adakan Training Praktik Pengalaman Mengajar secara Daring

Diposting pada

Madrasah Salafiyah III Komplek Q atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masaga, mengadakan Training Praktik Pengalaman Mengajar (PPM)  pada  Ahad, 12 Juli 2020, melalui aplikasi Google Meet. Training PPM tahun 2020 ini bertemakan “Keterbatasan Bukan Batasan, PPM 2020 Tetap Berkarya”. Tema ini dipilih karena training PPM tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan secara luring, tahun ini dilaksanakan secara daring. Training ini terdiri dari dua sesi, sesi pertama diisi oleh Ust. H. M. Ikhsanudin, M.S.I dengan materi Metode Penelitian Studi Pustaka, kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua yang diisi oleh Ust. Tajul Muluk, M.Ag. dengan materi Sharing Wawasan Teknik Mengajar Online

Ada tiga alasan utama training PPM tahun 2020 tetap diadakan meskipun dalam keadaan pandemi. Pertama, agar santri Masaga mustawa khamis atau santri tingkat akhir di Komplek Q tetap mendapatkan rangkaian pembelajaran yang lengkap seperti tahun-tahun sebelumnya. Kedua, ada dua output yang diharapkan dari training ini, yaitu Tugas Akhir (TA) dan Praktik Pengalaman Mengajar (PPM). Training PPM sebagai sarana memberi bekal pada santri mustawa khamis sebelum melaksanakan PPM secara daring dan mengerjakan Tugas Akhir. Ketiga, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, training PPM merupakan sarana untuk membekali santri Komplek Q tentang pengalaman mengajar sebelum nantinya berkontribusi untuk masyarakat secara langsung, sedangkan konteks yang terjadi sekarang ini, masyarakat yang kita hadapi adalah masyarakat digital di era revolusi industri 4.0, maka membekali santri untuk mengamalkan ilmunya secara daring dirasa sangat perlu.

Setelah acara dibuka oleh moderator, dimulai sesi I dengan pemateri Ust. H. M. Ikhsanudin M.S.I. menyampaikan materi tentang “Menemukan Ide & Memformulasikan dalam Rancangan Penelitian Pustaka”. Beliau menyampaikan langkah awal dalam melakukan penelitian adalah ide riset. Ide riset dapat dapat ditemukan dari hal-hal sederhana yang terjadi di sekitar kita, sebagai contoh baru-baru ini viral di media sosial pernikahan pria di Lombok, NTB yang menikah dengan mahar sandal jepit (Suara.com). Kemudian dari ide itu dapat diteliti mahar dalam pandangan empat madzhab, atau meneliti hadits-hadits tentang mahar. Dapat juga disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini, bagaimana sejarah penanganan tha’un

Bisa juga ide riset lainnya, seperti parenting ala Nabi saw. Riset terhadap suatu kasus juga sangat mungkin, seperti kasus murid menganiaya guru, bagaimana seharusnya adab murid kepada guru menurut kitab At-Tibyan karya Imam Nawawi, atau menggunakan rujukan kitab lain yang membahas adab mu’alim wa al-muta’alim. Selain itu, akad salam atau jual beli dalam tanggungan juga dapat dijadikan sebagai ide riset, bagaimana hukum dropshipper dan reseller menurut kitab Kifayatul Akhyar. Ide riset juga dapat diambil dari pengalaman pribadi, atau hasil kajian terhadap buku. 

Ust. Ikhsanudin juga menjelaskan tentang contoh model-model riset pustaka, seperti penelitian filologi (menyunting, menertibkan, dan menganalisis naskah klasik keagamaan), penelitian dalil-dalil/mashadir tasyri’, penelitian tentang kaidah-kaidah (tafsir, hadits, fiqh dll.), dan contoh model penelitian lainnya. “Apa yang telah Anda pelajari, itulah yang diriset terlebih dahulu”, tutur Ust. Ikhsanudin. Beliau menyarankan untuk meneliti apa yang sudah dipelajari selama menimba ilmu di Masaga dari mustawa awwal sampai khamis, gunakan kitab-kitab yang sudah pernah dikaji untuk penelitian.

Kemudian training dilanjutkan ke sesi II dengan pemateri Ust. Tajul Muluk, M.Ag. dengan materi “Sharing Wawasan Teknik Mengajar Online”. Beliau menyampaikan bahwa dalam mengajar, baik secara luring maupun daring, ada empat hal yang harus diperhatikan. Pertama, memberi jembatan komunikasi terlebih dahulu antara mu’alim dengan muta’alim agar keduanya memiliki ikatan psikologis, ini bisa dilakukan dengan menyapa di awal pembelajaran. Kedua, penguasaan materi, ini penting dimiliki oleh mu’alim. Mu’alim yang menguasai materi dengan baik akan menyampaikan materi dengan baik pula mulai dari abstraksi hingga akhir pembelajaran. 

Ketiga, pelajari kondisi psikologis muta’alim. Mu’alim harus bisa mengakomodir permasalahan yang dialami oleh muta’alim, terutama dalam pembelajaran daring seperti ini, santri-santri yang memiliki kendala seperti jaringan, kuota, dan sebagainya harus diperhatikan, meskipun itu hanya satu santri yang bermasalah. Keempat, mengetahui teknis. Seorang mu’alim harus tahu teknis yang akan dilakukan selama pembelajaran dari mulai pengantar, materi, hingga penutupan pembelajaran. 

Ust. Tajul menyampaikan bahwa santri mustawa khamis untuk dapat melakukan Praktik Pengalaman Mengajar ini merupakan suatu kesempatan. Kesempatan seperti ini merupakan hadiah atau pemberian dari Allah yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Berbeda dengan kepintaran. Pintar bisa diikhtiarkan, tetapi kesempatan tidak bisa diikhtiarkan. Dalam berlatih mengajar tentunya diperlukan skill public speaking

“Orang yang terbiasa membaca Al-Qur’an dengan tartil, jika konsisten dibawa ke keseharian, kemampuan public speaking-nya akan baik dan teratur”, ungkap Ust. Tajul. Dengan demikian, santri mustawa khamis yang sudah menimba ilmu dan belajar Al-Qur’an di Komplek Q selama kurang lebih lima tahun, secara tidak langsung sudah belajar bagaimana public speaking yang baik dan teratur.

Oleh: Hanin Nur Laili