Langit Kelabu Beriring Ribuan Isak Tangis Selimuti Krapyak

Diposting pada

Beberapa jam menjelang magrib, para santri masih sibuk dengan aktivitasnya masing-masing; mandi, makan, masak, atau sekedar bersenda gurau dengan santri lainnya. Sekolompok santri tampak menikmati suasana menjelang magrib tersebut dengan bercanda satu sama lain. Tiba-tiba keadaan menjadi tegang ketika seseorang mengirim berita lelayu di grup WhatsApp.

Terdengar salah seorang dari mereka ditimbali ndalem. Beberapa santri masih menunggu konfirmasi kebenaran berita yang tengah ramai dibicarakan.  Keluarlah santri tersebut dari ndalem dengan wajah menunduk. Ia tampak bersedih sembari memberi isyarat bahwa berita yang banyak beredar di media sosial benar adanya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Mbah KH. R. M. Najib Abdul Qodir telah wafat pada Senin, 4 Januari 2021 pukul 16.30.

Tangisan pun pecah. Ungkapan bela sungkawa diiringi rasa tidak percaya serta do’a membanjiri timeline media sosial. Berbagai video serta dawuh Mbah Yai terus bermunculan. Krapyak berduka, guru dari guru-guru kami telah berpulang ke rahmatullah.

Mbah Kiai Najib adalah putra dari KH. Abdul Qodir dan cucu dari sang maestro Al-Qur’an nusantara, KH. M. Munawwir. Hari-hari beliau selalu dihiasi dengan Al-Qur’an. Dari pagi hingga menjelang pagi lagi, para santri mengantre untuk menyetorkan hafalan kepada beliau.

Beruntungnya para santri yang sempat mengaji kepada beliau. Sementara mereka yang tidak pernah mengaji juga merasa kehilangan. Lantas bagaimana dengan mereka yang sempat mengaji kepada beliau?

Kepergian Mbah Kiai Najib menambah sederetan duka atas wafatnya para alim. Data dari RMI menunjukkan setidaknya ada 200-an, baik kalangan kiai maupun habaib yang wafat. Mbah Kiai Najib, orang menyebut beliau sebagai “penyangga langit Krapyak”. Oleh karena itu, kepergiannya menjadi kesedihan bagi semua kalangan, dari kiai, santri, maupun warga sekitar.

Dengan diiringi langit yang kelabu dan ribuan isak tangis, Mbah Kiai Najib diantar oleh mu’azziyin-mu’azziyat ke maqbaroh Dongkelan pada Selasa, 5 Januari 2020 sekitar pukul 14.00. Untuk membatasi jumlah pelayat, pesantren menyediakan live streaming via Youtube.

Mbah Kiai telah pergi, semoga kita dapat melanjutkan perjuangannya serta meneledani beliau. Sugeng Tindak Mbah Kiai. Lahul fatihah

Oleh: Hafidhoh Ma’rufah