Mengangkat Tangan Ketika Berdoa

Mengangkat Tangan Ketika Berdoa, Apakah Allah Berada di Langit?

Diposting pada 22 views

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Artinya: “Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan untuk kalian” (QS Ghafir:60)

Berdoa merupakan salah satu perintah dari Allah swt, dengan berdo’a kepada Allah artinya kita sudah mengikuti perintah-Nya. Berdoa juga merupakan ritual dari salah satu ibadah yang diajarkan dalam agama Islam. Seorang hamba merupakan makhluk yang lemah di hadapan Allah, banyaknya ujian dan permasalahan hidup merupakan salah satu tanda Allah sedang menyapa makhluk-Nya. Dengan lebih sering berdo’a, maka kita akan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.

Dalam berdoa, sebagai seorang hamba yang baik hendaknya memiliki adab yang baik pula agar dimudahkan terkabulnya doa. Sebagaimana saat kita meminta sesuatu kepada orang tua dengan akhlak dan tutur kata yang baik, tentunya orang tua akan segera mengabulkan permintaan anaknya.

Adab Berdoa

Lalu bagaimana adab berdoa yang baik? Rasulullah SAW bersabda, dalam sebuah hadits yang artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah bersabda: Apabila engkau memohon kepada Allah, maka bermohonlah dengan bagian dalam kedua telapak tanganmu, dan jangan dengan bagian luarnya. Dan ketika kamu telah usai, maka usaplah mukamu dengan keduanya.” (HR. Ibn Majah 1/373)

Dalam hadits ini, Rasulullah mengajarkan untuk memakai kedua telapak tangan bagian dalam menghadap ke langit pada saat meminta kepada Allah. Hal ini diisyaratkan sebagai permohonan seorang hamba yang meminta kepada Allah layaknya seorang pengemis yang mengadahkan kedua telapak tangannya kepada seorang dermawan. Sebagai sebuah sikap ketundukkan, merendahkan diri, ketenangan, kepasrahan serta menampakkan sifat membutuhkan dan memerlukan Allah Yang Maha Mulia.

Apakah Karena Allah di Langit?

Kemudian, dengan mengangkat tangan ketika berdoa ke arah langit, apakah juga sebagai pertanda bawa Allah berada di sana?

Dijelaskan dalam kitab Intabih Diinuka Fi Khatar

أن السماء قبلة الداعين، والكعبة قبلة المصلين

Inna as-samā`a qiblatu ad-dā’īna wa al-ka’bata qiblatu al-muṣallīna

“Langit merupakan kiblatnya orang yang berdoa, sebagaimana Ka’bah adalah kiblatnya orang yang melaksanakan shalat.” Yang artinya, sebagaimana menghadap ke arah Ka’bah ketika shalat, bukan berarti Allah ada di dalamnya (Ka’bah). Jadi, jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Allah tidak berada di langit. Allah SWT tidak bertempat secara fisik, baik di langit maupun di bumi atau di mana pun. Allah SWT tidak terikat oleh ruang dan waktu, karena sifat-sifat Nya tidak serupa dengan makhluk.

Sebagaimana dijelaskan pula dalam firman Allah :

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah 186)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memiliki kedekatan dengan hamba-Nya, terutama dalam hal mengabulkan do’a. Bahkan kedekatan Allah dengan hamba-Nya digambarkan lebih dekat dari urat nadi hamba-Nya. Namun, dekat di sini tidak bisa dimaknai dan dilihat dari segi tempatnya.

Allah SWT tidak mengenal tempat dan waktu. Allah SWT merupakan Dzat yang wujud, ada namun tidak bisa kita lihat.

 

Penulis: Syarifah Zaidah

Pictured by Onuchcha on iStock

Sumber: