Ziarah Maqbarah Akbar
Tepat tujuh hari sebelum memasuki bulan Ramadan 1446 H, Komplek Q kembali menggelar acara pembukaan Program Khusus Ramadan. Pada tanggal 23 Februari 2025/ 23 Syaban 1446 H, rangkaian acara pembukaan PKR 1446 H dimulai dengan ziarah maqbarah Masyaikh dan Muassis Pondok Pesantren Al-Munawwir di Dongkelan. Pukul 06.30 pagi, dengan antusias para santri berangkat menuju maqbarah Dongkelan. Kemudian pembacaan asmaulan Krapyak dikumandangkan, dan dilanjut dengan pembacaan Tahlil beserta doa kepada para Masyaikh yang dipimpin langsung oleh Bapak Agus Najib. Ziarah maqbarah juga dihadiri oleh dzurriyah ndalem Komplek Q.
Ro’an Akbar
Rangkaian acara pembukaan PKR dilanjut dengan ro’an akbar yang dilakukan oleh seluruh santri Komplek Q dengan koordinator oleh pengurus pondok divisi kebersihan per-rayon kamar. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar Pondok Pesantren yang ditempati para santri selama mengaji bersih, sehingga para santri bisa nyaman dan fokus selama mengikuti kegiatan PKR.
Program Khusus Ramadan (PKR) kali ini mengusung tema “Non-aktifkan Gadgetmu, Aktifkan Ngajimu, Jemput Berkah Ramadhanmu.” Sedikit berbeda dengan PKR di tahun-tahun sebelumnya, pembukaan PKR 1446 H ini tidak dilaksanakan di tanggal 1 Ramadan, melainkan di sekitar H-7 Ramadan. Harapannya adalah para santri dapat mengaji tepat 20 hari lamanya dan dapat mengkhatamkan kitab-kitab yang akan dikaji di PKR tahun ini.
Malam Pembukaan PKR 1446 H
Akhirnya rangkaian acara pembukaan yang terakhir dan yang paling inti digelar di Mushala Barat dan diawali dengan lantunan shalawat oleh grup Hadrah Tsamrotul Muna, selanjutnya acara dibuka oleh Nabila Niswaturrohma sebagai master of ceremony. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Ma’rufatun Nihayah sebagai qori’. Acara berlangsung dengan khidmah disambut dengan antusiasme tinggi para santri Komplek Q.
Sambutan-sambutan menjadi sususan acara selanjutnya, sambutan pertama disampaikan oleh Siti Mu’allimah selaku ketua Program Khusus Ramadhan 1446 H. Ia memberi sepatah dua patah kata sebagai sambutan pada acara pada malam hari ini, sekaligus sebagai pengingat, jika Pengajian PKR itu berbeda dengan pengajian-pengajian di hari biasanya. Jika biasanya hanya dua sampai tiga kali mengaji dalam sehari, pengajian Ramadhan dijadwalkan lima kali dalam sehari selayaknya shalat wajib lima waktu. Ia juga mengingatkan para santri kepada sebuah maqalah:
العلم يؤتى و لا يأتي
“Bahwa, ilmu itu dicari, bukan malah ilmu yang mendatangi.”
Ia berharap semoga kemuliaaan bulan Ramadan bisa diraih dengan memaksimalkan mengaji di bulan yang suci ini sebagaimana tema yang telah diangkat pada Program Khusus Ramadan tahun ini.
Sambutan terakhir disampaikan oleh Dr. Kholid Arif Rozaq, S.Hut., M.M. atau yang biasa dikenal sebagai Gus Kholid selaku perwakilan pengasuh membuka rangkaian kegiatan PKR 1446 H dengan khidmah. Dalam acara pembukaan PKR 1446 H kali ini terdapat mau’idhoh hasanah dengan pemateri yaitu bapak KH. M. Ikhsanudin, M.S.I. Selama kurang lebih 40 menit Pak Ikhsan memberikan begitu banyak ilmu dan nasihat kepada para santri sebagai supply semangat dalam menjalani PKR selama duapuluh hari ke depan.
Dalam mau’idlo-nya, beliau menjelaskan sebuah kandungan dari salah satu ayat pada Q.S. At-Taubah: 122. Bahwasannya, ayat ini menuntun kaum muslim untuk membagi tugas dengan menjelaskan bahwa tidak sepatutnya orang-orang mukmin yang selama ini dianjurkan agar bergegas menuju medan perang itu, pergi semua ke medan perang sampai tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tugas yang lain.
Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum, maka mengapa beberapa orang dari golongan mereka tidak pergi untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang lain. Sesuai dengan penjelasan tafsiran tersebut maka kaum Muslim wajib untuk memperdalam ilmu pengetahuan agamanya agar mereka dapat mengajari dan mengetahui ilmu-ilmu agama supaya takut kepada Allah serta menjauhi larangan Allah.
Kemudian beliau menjelaskan isi dari Kitab Minhajul Abidin karya Imam Abu Hamid Al-Ghazali, serta Kitab Ta’limul Muta’allim karya Syeikh Az-Zarnuji Al-Hanafi menjelaskan terdapat tiga jenis ke-ilmuan:
- Ilmu wajib
- Ilmu fudlul, dan
- Ilmu yang haram dipelajari.
Seorang Muslim wajib mempelajari empat cabang keilmuan dalam kitab Ta’limul Muta’allim, yaitu ilmu akidah tentang keimanan agar paham iman yang sebenarnya dan terhindar dari, kemudian ilmu Fiqih (hukum atau syariat) yaitu tentang sholat, wudlu, wajibnya, sunnah, sampai makruhnya ini tidak boleh diwakilkan orang lain (fardlu ‘ain). Ketiga, halal dan haram, mana makanan halal dan haram dan mana yang syubhat. Dan yang terakhir, ilmu tasawwuf atau riyadlotun nafsi (tentang hati), tentang bagaimana qonaah, syukur dll.
Imam Ghozali pernah berkata, bahwa kesalahan dan rintangan seseorang dalam menghadap pada Allah itu dikarenakan tidak mampunya seseorang dalam memprioritaskan keilmuan-keilmuan. Dimana fardlu ain didahulukan, baru yang fardlu kifayah, kemudian baru ilmu fudlul, dan keilmuan yang lain.
Beliau juga menyebutkan, jika KH. Zainal Abidin pernah mengkritik para mahasiswa di kampus itu rata-rata orientasinya bukanlah untuk faqih, mutafaqih, atau mendalami ilmu, namun hanya mutafakkir (kontemplasi pemikiran) atau refleksi-refleksi saja. Maka dari itu, sebagai seorang santri kita seharusnya banyak bersyukur bisa diberi kesempatan untuk mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren.
Pak Ikhsan juga mengingatkan para santri, untuk bisa meniru para ulama’ terdahulu yang memiliki cita-cita tinggi. Dalam kitab Ta’limul Muta’allim dan Sunan Addarimi terdapat hadis disebutkan, bahwa “Allah itu mencintai atau menyukai perkara-perkara yang tinggi dan Allah membenci, Allah tidak suka dengan perkara-perkara yang rendah.” Maksudnya adalah kita sebagai manusia yang memiliki akal diharapkan harus punya cita-cita yang tinggi dan besar, tidak hanya cita-cita yang kecil.
KH. Zainal Abidin Munawwir pernah menjelaskan, “Kalau hidup sekedar hidup, apa bedanya kita dengan tikus.” Rasulullah mengajarkan kita untuk memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia untuk membangun peradaban. Yang membedakan kita dengan hewan adalah manusia punya cita-cita besar, keinginan-keinginan yang ingin dicapai, kemuliaan dan ketinggian cita-cita yang ingin dan harus perjuangkan. Tidak hanya sekedar hidup untuk makan, atau tidur nyenyak dan nyaman, namun kita harus mengabdikan diri pada ilmu, kemudian dengan ilmu tersebut kita bangun peradaban islam.
Dengan demikian, mauidhoh hasanah yang disampaikan menjadi pengingat bagi para santri bahwa ilmu harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh dan diniatkan untuk membangun peradaban Islam. PKR 1446 H bukan hanya sekadar rutinitas tahunan, tetapi juga menjadi momentum bagi santri untuk meningkatkan kualitas keilmuan dan spiritualitas mereka.
Semoga dengan semangat mengaji yang telah dikobarkan dalam pembukaan PKR ini, para santri dapat menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keberkahan, menambah kedalaman ilmu, serta memperkuat komitmen mereka dalam menuntut ilmu agama. Dengan demikian, harapan agar Ramadan tahun ini menjadi lebih bermakna dan membawa keberkahan bagi seluruh santri Komplek Q dapat terwujud.
Acara pembukaan malam hari ini selesai tepat pada pukul 21.00 malam, kemudian ditutup dengan lantunan sholawat dari grup Hadrah Tsamrotul Muna.
Redaktur: Fariha Fauziah
Editor: Zia Zahra Hudaya
Dokumentasi: Arsip Media Komplek Q