pelatihan

Pelatihan Pemulasaran Jenazah 

Diposting pada 201 views

PP Al-Munawwir Komplek Q adakan pelatihan pemulasaran jenazah bagi santri tahfiz pada hari Sabtu, 10 September 2022 dan Ahad, 11 September 2022 bertempat di Musala Barat. Pemateri pada pelatihan ini adalah Ibu Nurul Aeni, S.H.I., M.S.I. yang merupakan pengasuh dari rayon Q9 dan alumni Komplek Q. Langkah-langkah perawatan jenazah meliputi memandikan, mengkafani, menyolati, dan menguburkan. Acara ini merupakan program dari pengurus bidang Ibadah dan Jam’iyyah. 

Moderator pada hari pertama adalah Hanin Nur Laili, dan pada hari kedua adalah Nazifatul Ummy Al-Amin. Peserta pelatihan pada hari pertama dari santri tahfiz angkatan 2022 dari rayon Q2, Q3, Q4, Q5, dan Q7. Sedangkan pada hari kedua dari santri tahfiz angkatan 2021 – 2022 dari rayon Q6 dan Q10. Dalam pembahasan fikih, terdapat materi/ fasal tentang jenazah yang didapatkan oleh santri ketika berada di mustawa tsaniyyah (kelas dua) Madrasah Salafiyah III, namun karena santri tahfiz tidak mengikuti madrasah, pelatihan ini diadakan untuk membekali santri tahfiz terkait ilmu pemulasaran/ perawatan jenazah.

Baca Juga:  Opening Ceremony Harlah ke-33 Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek Q

Pelatihan ini disertai praktek langsung menggunakan mannequin agar memudahkan peserta memahami materi. Peserta juga dilibatkan langsung secara bergantian untuk praktek perawatan jenazah. Bu Aeni mengupas secara komprehensif langkah-langkah perawatan jenazah, lebih awal Bu Aeni menjelaskan hukum perawatan jenazah adalah fardhu kifayah, kewajiban kolektif, artinya apabila dalam suatu masyarakat sudah ada yang merawat jenazah, maka gugur kewajiban masyarakat lainnya. Namun bila dalam suatu masyarakat tidak ada satu pun yang merawat jenazah, maka keseluruhan masyarakat mendapat dosa. Bu Aeni menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan ketika menemani seseorang yang sedang sakaratul maut, kemudian hal-hal yang harus dilakukan ketika seseorang baru saja wafat. 

Pada langkah memandikan jenazah, Bu Aeni memaparkan tentang skala urutan yang memandikan jenazah, ini menjadi hal yang perlu menjadi perhatian khusus, karena masih banyak terjadi di masyarakat awam yang memandikan jenazah tidak masuk dalam skala urutan tersebut, bahkan terkadang bukan mahramnya. Prinsip yang perlu diperhatikan saat memandikan jenazah adalah jangan sampai membuka aurat jenazah, jenazah harus ditutup menggunakan kain yang mudah menyerap air. Lebih disarankan menggunakan air mengalir semisal selang air, kalaupun menggunakan air di bak, baknya harus diletakkan agak jauh agar tidak tercampur dengan air yang sudah digunakan untuk memandikan jenazah dan menjadi air musta’mal (suci tidak mensucikan).

Baca Juga:  Workshop Buket: Memberdayakan Santri dengan Kreativitas

Pada langkah mengkafani jenazah, Bu Aeni menjelaskan kain-kain dan tali yang diperlukan untuk mengkafani jenazah. Untuk contoh saat praktek adalah jenazah perempuan, tiga kain untuk lapisan luar, sedangkan untuk basahannya/ lapisan dalamnya meliputi bagian celana, kemben, baju dan kerudung yang telah dipotong sesuai bentuknya masing-masing. Pada langkah menyolati jenazah, Bu Aeni menjelaskan tata cara dan bacaan-bacaan saat sholat jenazah. Kemudian pada langkah menguburkan jenazah, Bu Aeni menjelaskan posisi jenazah saat disemayamkan adalah wajah menghadap kiblat dengan kepala di utara dan kaki di selatan.

Bu Aeni juga berbagi pengalamannya saat pandemi covid-19 melakukan perawatan jenazah. Untuk merawat jenazah dengan covid-19 perlu perlakuan khusus. Saat memandikan dan mengkafani, Bu Aeni menggunakan pengaman khusus yang menutup seluruh tubuhnya, dan jenazah diberi disinfektan. 

“Hikmah dari merawat jenazah itu betul-betul menambah keimanan kita. Saya beberapa kali merawat jenazah itu keadaaannya saat meninggal mencerminkan betul bagaimana kesehariannya dan sifatnya selama hidup. Ada yang meninggal dalam keadaan baik sekali, standar, dan ada pula yang meninggal dalam keadaan buruk. Contohnya saat saya ikut merawat jenazah Ibu Nyai Hj. Siti Hanifah Ali, putrinya KH. Ali Maksum, badannya selama beberapa jam setelah wafat tidak langsung kaku seperti jenazah pada umumnya, masih lemas seperti orang masih hidup, beliau juga tersenyum wafat dalam keadaan tersenyum.” Tutur Bu Aeni di sesi akhir pelatihan pemulasaran jenazah.

Video pelatihan hari pertama : youtu.be 

Video pelatihan hari kedua : youtu.be  

Oleh: Hanin Nur Laili