Sabtu (23/07), Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta kedatangan tamu agung, yaitu Syeikh Abdul Aziz Asy-Syahawi Al-Husaini. Beliau merupakan Mahaguru Ulama Mazhab Syafi’i Universitas Al-Azhar Mesir. Tujuan kedatangan beliau ini adalah untuk melaksanakan muhadloroh dan ijazah ammah Al-Qur’an dan fikih di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.
Acara dimulai pukul 13.30-15.30 WIB. Gus Karim yang membuka acara dan juga sekaligus penerjemah. Selanjutnya adalah pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Wahyu Hamami. Kemudian sambutan oleh KH. Abdul Hamid Abdul Qodir selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak.
Safari Dakwah dan Ijazah Kubro atau kita lebih mengenal istilah Ijazahan Al-Qur’an dan Kitab Fikih Syafi’iyyah Al-Azhar dan Nusantara kali ini di Krapyak. Bumi Krapyak kerawuhan Tamu Agung dari Mesir, yaitu beliau Syeikh Abdul Aziz Asy-Syahawi (Ulama Besar Madzhab Syafi’i). Sungguh sebuah nikmat dan berkah untuk Indonesia, terutama bagi pondok-pondok pesantren lain yang beliau kunjungi.
Ada hal yang unik dari beliau. Hal itu adalah beliau menikah di umur yang masih sangat belia, yaitu 15 tahun. Sedangkan istrinya berusia 13 tahun kala itu. Banyak nasihat-nasihat yang beliau sampaikan dalam acara tersebut, diantaranya yang paling berkesan ialah:
Jika seseorang bersungguh-sungguh terhadap Al-Qur’an dan menaruh Al-Qur’an di hatinya, maka Al-Qur’an pun akan bersungguh-sungguh menjadi penolongnya. Namun jika seseorang meremehkan Al-Qur’an dan menaruh di punggungnya, maka Al-Qur’an pun akan menjadi penyiksanya.
Pesan lainnya, yaitu:
Jangan bangga terhadap Al-Qur’anmu, apakah kamu bisa mengamalkannya atau belum. Seseorang yang menghafal Al-Qur’an tetapi tidak berusaha mengamalkannya, bagai keledai yang membawa bawaannya. Membawa barang berat tapi tidak tahu isinya.
Begitulah beberapa penyampaian oleh Syeikh Abdul Aziz As-Syahawi Al-Husaini.
Usai muhadloroh, Gus Karim (selaku penerjemah dan moderator) memberikan kesempatan 1 kali kepada hadirin untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan pertama yaitu mengenai cara mempelajari kitab Syafi’iyah. Jawaban dari beliau, yaitu bagi siapapun terutama bagi santri yang ingin mempelajari kitab-kitab mazhab Syafi’i, ada hal-hal yang perlu kita perhatikan. Pertama adalah kita harus memulai dengan mempelajari kitab-kitab yang ringkas dan kecil, kitab-kitab muhtashor. Kemudian pada kitab-kitab yang sedang dan diakhiri dengan kitab-kitab yang panjang dan juga kitab-kitab yang besar.
Pertanyaan kedua yaitu mengenai pengaruh ulama Indonesia bagi beliau dan ulama Arab pada umumnya. Beliau mengatakan bahwa pengaruh dari ulama Indonesia untuk saya dan juga para ulama di Arab itu sangat besar sekali. Salah satunya adalah Syeikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi. Bahkan beliau memiliki tujuh jilid kitab karangan dari Syeikh Mahfud Tremas. Dan sehingga apapun, beliau mengatakan bahwa ilmu dari mana pun sebagaimana kita meminum air. Baik air itu di Indonesia atau pun di Arab, di mana pun sama saja, yang penting bermanfaat bisa kita gali dan kita cari.
Selanjutnya beliau memberikan ijazah kepada semua hadirin, serah terima sertifikat ijazah dan Kitab kepada KH. Abdul Hamid Abdul Qodir, dan begitu pun sebaliknya, dari pihak pesantren juga memberikan Kitab kepada Syeikh Abdul Aziz As-Syahawi Al-Husaini.
Oleh: Anisahyumna
Sumber foto: Media Al-Munawwir Krapyak