Terhitung sejak Maret dua ribu dua puluh.
Kursor tetap berkedip, masih bertanya perihal pandemi.
Kepala yang sebelumnya tak berisi, kaget bukan kepalang, tetiba sesak penuh kabar pandemi tak kunjung henti.
Nikmat menghirup dunia, sudah direnggut paksa selama hampir lima bulan—ini.
Gelas berisi air lemari es ku di sebelah ku bertanya :
“Hey, Corona ini sampai kapan ya?”
Empat kursi ruang tamu yang beralih fungsi menjadi ruang tempat meracau—termasuk yang ku duduki saat sajak yang hampir hilang arah ini ditulis—ikut jua meracau kompak. Seraya berkata:
“Hey, iya sampai kapan? Aku teramat lelah melihat kau terus menduduki ku delapan jam dalam sehari.”
Keringat kasar berjatuhan, terkejut dihujani tanya yang masih menjadi tanya besar pada diriku sendiri.
Dalam sontak ku jawab :
“Tetap di rumah, tetap menghasilkan sesuatu yang baik, juga tetap meminta Tuhan menyudahi hal-hal buruk yang merenggut akhir-akhir ini”.
Cirebon, 12 Juli 2020.
Oleh: Nadiya Qothrunnada
Photo by Jordan Epperson on Unsplash