KH. Ahmad Warson Munawwir

Sang Pionir Kamus Al-Munawwir, KH. Ahmad Warson Munawwir

Diposting pada

“Kiai Warson adalah tipikal kiai zu’ama yaitu figur pemimpin umat. Beliau selalu mencerminkan sifat pemimpin, seperti melindungi, mengayomi, mengasuh, ngemong, dan membimbing.” -KH Ali As’ad.

KH. Ahmad Warson Munawwir adalah sosok perintis Kamus Al-Munawwir sekaligus Pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q. Santri-santri beliau kerap memanggilnya dengan sebutan “Bapak” karena menjadi sosok bapak bagi santrinya ketika di pesantren. KH. Ahmad Warson Munawwir lahir pada tanggal 22 Sya’ban 1353 H., bertepatan tanggal 30 november 1934. Nama KH. Warson merupakan nama yang diberikan langsung oleh ayah beliau, KH. M. Munawwir sesuai dengan awalan nama tahun kelahiran dalam penanggalan kalender jawa yaitu pada tahun Wawu (و).

Pad tahun 1942 saat kedatangan KH. Ali Ma’sum beliau fokus dengan pengkaderan saudara-saudara iparnya yang masih kecil, salah satunya KH. Warson Munawwir yang akhirnya mulai menimba ilmu dengan KH. Ali Ma’sum,

Pada tahun 1945, KH. Warson Munawwir berumur 11 tahun. Di umur 11 tahun, beliau mampu menghafal Alfiyyah Ibu ‘Aqil dan mulai mengajarkan kepada santri-santri beliau yang berumur lebih tua/di atas beliau.

KH. Warson Munawwir dipercaya KH. Ali Ma’sum menjadi asisten beliau dalam mengajar ‘ulumul lughoh. Dari situlah KH. Warson Munawwir memulai penulisan mahakaryanya, Kamus Al-Munawwir. Pada tahun 1957 inilah menjadi tanda riwayat Kamus Al-Munawwir mulai ditulis beliau. Kamus ini ditulis ketika KH. Warson Munawwir telah menjadi ustaz di Pondok Pesantren Krapyak.

Selain mengajar dan menulis, KH. Warson Munawwir juga menjadi pemimpin redaksi media NU dan media Harian Duta Masyarakat pada tahun 1962. Tahun 1965-1968, KH. Warson Muhammad menjadi ketua GP-Ansor wilayah Yogyakarta dan pada tahun 1965 beliau juga dipercaya menjadi ketua aliansi Generasi Muda Islam (Geuis).

Pada 1970, tepat ketika KH. Warson Munawwir berusia 30 tahun, beliau menikah dengan Nyai Hj. Khusnul Khotimah dan dianugerahkan seorang putra dan seorang putri, H. Muhammad Fairuz dan Hj. Qorry ‘Aina.

Pada tahun 1973, Kamus Al-Munawwir dicetak pertama kali dengan tulisan tangan dan baru sampai huruf dzal. Edisi ini terdiri dari 500 halaman dicetak atas kerjasama beberapa pihak. Dengan asumsi jika Kamus Al-Munawwir selesai ditulis pada tahun 1972, maka bisa diperkirakan penulisannya telah dimulai sejak 1957 ketika almarhum berusia 23 tahun atau bahkan jauh sebelumnya.

KH. Ahmad Warson juga berkiprah di dalam organisasi politik. Buktinya, beliau diangkat menjadi anggota DPRD DIY selama satu periode, yaitu pada tahun 1977 hingga 1982.

Pada 1984 kamus dengan tebal 1700 halaman tersebut diterbitkan mandiri oleh Pondok Pesantren Krapyak dengan pembiayaan Kiai Ali atas nama Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren “Al-Munawwir” Krapyak Yogyakarta. Pada 1992 Proses komputerisasi naskah Al-Munawwir yang mana tugas tersebut diemban oleh KH. Habib Abdus Syakur.

Pada 1999, KH. Warson Munawwir menjadi anggota Dewan Syuro PKB dan pada 2006 beliau memprakarsai PKNU. Beliau menjadi Mustasyar PWNU DIY sekaligus A’wan Syuriah PBNU dan masih tercatat hingga beliau wafat.

Pada tanggal 22 September 1989, KH. Warson Muhammad mulai merintis Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q. Letaknya kira-kira 250 meter dari Komplek Al-Munawwir Pusat dan berada di antara Komplek Nurussalam dan Komplek L.

Pada hari Kamis, 8 Jumadil Akhir 1434 H bertepatan pada 18 April 2013 pukul 06.00, KH. Warson Munawwir wafat. Beliau wafat pada usia 79 tahun di kediaman beliau, Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q. KH. Warson Munawwir wafat tepat tiga hari sebelum haul ayahandanya, KH. M. Munawwir.

Setelah beliau wafat, kepengasuhan PP. Al-Munawwir Komplek Q diteruskan oleh Ibu Nyai Khusnul Khotimah Warson beserta anak dan menantu beliau.

Oleh: Atani Salma

Sumber: Buku Jejak Sang Pionir Kamus Al-Munawwir KH. A. Warson Munawwir