Dalam rangka memperingati HUT RI ke-74, sejumlah santri Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak mengikuti upacara peringatan hari kemerdekaan di halaman Masjid Jami’ Al Munawwir (17/8). Komplek yang bertugas yaitu Nurussalam Putra sebagai petugas upacara dan Nurussalam Putri sebagai petugas paduan suara.
Upacara yang dimulai pukul 08.00 ini diikuti oleh sejumlah santri dari berbagai Komplek, seperti Komplek Q, Komplek R1 dan R2, Komplek Pusat, Fatimiyah dan MTPA. Dalam upacara kali ini, Gus Faiq Muhammad bertindak sebagai pembina upacara.
Gus Faiq menyampaikan bahwa ketika ada kemerdekaan pasti ada sesuatu yang diperjuangkan dan ketika ada perjuangan pasti ada keringat. Para pendahulu sudah berjuang melalui organisasi, melalui ajaran agama sehingga bangsa ini merdeka.
Dalam sambutannya, Gus Faiq menuturkan Bangsa Indonesia memiliki empat pilar penting, yaitu:
- Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mana merupakan bentuk negara yang sekarang ini menjadi acuan dunia. NKRI merupakan suatu bentuk negara yang oleh negara lain dijadikan contoh untuk belajar, bagaimana negara berjalan.
- Pancasila sebagai dasar negara. Sebagaimana dicontohkan nabi di mana waktu membangun Negara Madinah, beliau meletakkan dasar negara berupa Piagam Madinah. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai macam perbedaan sehingga diperlukan pancasila sebagai perekat kita semua.
- UUD 1945 yang mana merupakan sebuah pembahasan. Di dalamnya terdapat hukum-hukum bernegara, dan hukum-hukum lainnya.
- Pembukaan UUD 1945. Adanya pembukaan UUD kita sadar bahwa kita butuh untuk merdeka.
Menurut Gus Faiq, sebagai santri di pondok pesantren, kita juga memiliki empat pilar penting yang harus dijaga, yaitu:
- Bandongan yang menjadi ciri khas pesantren. Nilai-nilai yang ditanamkan oleh para pendahulu terutama wali songo telah mengajarkan bagaimana cara untuk mengajarkan sebuah ilmu melalui system bandongan.
- Sorogan, merupakan sistem pengambilan ilmu dengan adanya pengamatan guru terhadap murid, sehingga ilmu murid bisa tersambung sanadnya terhadap Nabi Muhammad Saw.
- Khidmatan. Yaitu bentuk khidmat kita terhadap pesantren dan guru kita agar ilmu yang kita dapat bermanfaat bagi anak turun, nusa dan bangsa.
- Tirakatan. Santri harus tirakat menahan hawa nafsu untuk mensucikan jasad kita untuk diisi ilmu-ilmu.
Di akhir, Gus Faiq menjelaskan ketika empat pilar santri berhasil dilaksanakan, insyaallah kita akan bisa menjadi santri yang bisa memahami negaranya, sehingga muncul sikap tasamuh, tawasut, dan tawazun.
“Dengan sikap tasamuh, tawasut, dan tawazun, santri tidak mudah kagetan dengan adanya fenomena-fenomena sosial yang muncul, santri akan tetap tenang, santri tidak mudah mengalir mengikuti arus yang tidak ada arahnya, dan santri bisa menyelamatkan masyarakat nusa dan bangsa,” tutur beliau.
Upacara peringatan kemerdekaan ini ditutup dengan do’a oleh K.H. R. Najib Abdul Qodir. Dalam do’a tersebut, Kiai Najib tidak lupa menyematkan doa keselamatan untuk bangsa Indonesia.
Oleh: Anu’ma Syifaus S