Sabtu (13/9) Komplek Q mengadakan acara Ngaji Bencana dalam rangka Harlah ke 30 Komplek Q. Ngaji Bencana ini sebagai salah satu upaya edukasi kepada santri Komplek Q untuk bersikap dan tanggap dalam menghadapi bencana alam. Acara yang menarik sekali karena santri yang biasanya mengaji kitab, tetapi kaliini ngaji bencanadengan menghadirkan pemateri langsung dari Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY.
Acara yang bertemakan “Santri Milenial Tanggap Bencana” ini diikuti oleh seluruh santri baik mahasiswa, pelajardan perwakilan santri komplek yang lain. Acara berlangsung mulai pukul 13.30 WIBdi Musala Barat Komplek Q.
Materi pertama mengenai bencana Gempa Bumi yang disampaikan dari BMKG DIY. Santri diedukasi bagaimana sikap dan apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa dan setelah gempa. Bagaimana jika sedang berada di lantai tiga dan seterusnya. Dan bahkan bagaimana jika sedang berada di basement?
Ketika terjadi gempa, “Yang paling penting adalah lindungi kepala dan leher ketika terjadi gempa”, tutur Ibu Dwi.
Kemudian yang harus dilakukan adalah berlindung di bawah meja atau kursi atau berlindung di pojok ruangan. Karena dengan berada di pojok maka akan mengurangi resiko tertimpa reruntuhan. Begitu gempa selesai maka keluarlah dari ruangan.
Selain diajarkan secara teori, santri juga melakukan simulasi. Petugas akan membunyikan sirine pertama sebagai pertanda terjadi gempa dan sirine kedua pertanda evakuasi untuk segera menuju titik kumpul.Seluruh santri terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan ini.
Lanjut materi kedua yakni bencana kebakaran. Materi bencana kebakaran disampaikan oleh Bapak Enaryaka atau yang disapa Bapak Een.Dalam menyampaikan materi, Bapak Een menjelaskan bahwa DIY termasuk daerah yang memiliki potensi bencana terbesar di Indonesia. Potensi bencana tersebut ada 12 yakni gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, longsor, kekeringan, kebakaran, abrasi, angin ribut, wabah, nuklir, dan konflik. Dapat dinamakan sebagai bencana adalah ketika kejadian tersebut menimbulkan korban, kerugian, kerusakan, dampak, dan psikologis.
Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/penyalaan. Penyebab kebakaran yakni adanya bahan yang mudah terbakar seperti kayu, arus pendek, minyak atau bensin, dan kompresi udara. Jika seseorang terkena luka bakar maka yang harus dilakukan adalah menyiram luka tersebut dengan air, kemudian menutup dengan kain bersih. Jangan malah mengolesi dengan pasta gigi, tindakan ini tidak benar.
“Sekali lagi kita tidak bisa mencegah bencana, tetapi yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan diri untuk tanggap bencana”, pesan Pak Een.
Usai penjelasan materi, santri melakukan simulasi bencana kebakaran di luar ruanganyang dipandu oleh Kak Endro dan teman-temannya. Sebelumya Kak Endro mengingatkan,
“Kunci utama ketika terjadi bencana adalah jangan panik!”
Bencana apapun kuncinya adalah jangan panik. Selain mendapat penjelasan lebih detail dari mengenai cara memadamkan api dari Kak Endro, santri juga diberi kesempatan untuk praktik langsung memadamkan api seperti yang telah dicontohkan menggunakan kain basah dan APAR (Alat Pemadam Api Ringan).
Sebagai santri, kita tidak pernah mengetahui kapan bencana akan datang. Tetapi dengan edukas yang telah diajarkan, harapannya ketika suatu saat terjadi bencana, santri mengetahui bagaimana harus bersikap dan tanggap apa yang harus mereka lakukan.
Oleh: Asmak Anisah