Syekh Bilal dalam diskusi panel Muktamar Pemikiran Santri dengan tema Pesantren, Women Ulama, and Social Trasformation : Challenges and Prospects memaparkan berbagai faktor melemahnya masyarakat Muslim di mata Barat. Menurut Syekh Bilal ada faktor internal dan eksternal yang menjadikan Islam moderat menjadi Islam yang begitu menakutkan. Beberapa faktor internal tersebut adalah pelaku dari teroris adalah orang-orang Islam sendiri yang mendapatkan perlindungan dari negara-negara non muslim. Kedua, adalah adanya kesalahan dalam memahami ajaran Islam. “ Beberapa kelompok beranggapan bahwa Islam adalah ajaran yang baku dan tidak menerima perubahan zaman dan tempat “, ujar Syekh dari Mesir ini. Untuk menghadapi hal ini, kita dapat menerapkan Islam yang moderat dan sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat sehingga tidak perlu melakukan kekerasan terhadap kelompok Islam lainnya.
Tantangan ketiga adalah kerusakan moral. Banyak remaja yang menganggap Islam adalah agama yang membatasi, seperti diharamkannya khamer dan zina. “ Padahal itu semua untuk kebaikan mereka “, imbuh Syekh Bilal.
Keempat, adalah munculnya berbagai kelompok dalam Islam. Salah satu akibatnya adalah lahirnya kelompok-kelompok yang gemar mengkafirkan mereka yang berbeda faham dengan kelompoknya. Tantangan lain adalah adanya gerakan permurtadan dan pendangkalan akidah umat Islam. Mereka dijauhkan dari agama dan akidah mereka dijadikan menyimpang. Padahal beberapa negara barat mengakui bahwa Al Qur’an adalah kitab suci yang tidak bertentangan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya Syekh Bilal memaparkan faktor-faktor ekternal yang menjadi tantangan umat Islam. Pertama, adalah ketakutan tarhadap peradaban Islam. Ada 3 peradaban yang saling bersaing, kapitalis, sosialis, dan Islam. Paham kapitalis menjadikan Islam sebagai musuh utama. Mereka menerbarkan isu bahwa Islam adalah agama yang menakutkan, radikal, dan mengancam kehidupan manusia. “ Mereka menciptkan istilah teroris untuk Islam,” ungkap Syekh Al Azhar ini. Padahal Islam adalah agama yang menebar kasih sayang pada siapapun.
Kedua adalah adanya ketakutan peradaban Islam akan menguasai dunia. Bangkitnya Islam akan mengancam eksitensi mereka. Menurut Syekh Bilal, anggapan itu salah. Jika Islam berhasil menjadi peradaban utama di dunia, maka Islam akan melindungi perbedaan meskipun terhadap yang bukan muslim.
Ketiga adalah tantangan globalisasi dan perkembagan ilmu pengetahuan. Banyak anggapan bahwa Islam adalah ajaran yang menolak perkembangan keduanya. Padahal Islam sangat respek terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang membawa kemaslahatan bagi orang banyak.
Syekh Bilal yang datang mengenakan jubah hitam dan pecil merah putih ini menjelaskan bahwa untuk menghadapi berbagai tantangan-tantangan tersebut, peran ulama perempuan sangat dibutuhkan. Ummul Mukminin Aisyah, Putri Nabi Muhammad SAW, Fatimah, dan Khomsah adalah sederetan nama perempuan yang berperan pada masa awal perkembangan Islam. Bahkan Aisyah meriwayatkan sekitar 2000 hadist, terbanyak setelah Abu Hurairah. “ Kualitas keilmuan Aisyah jika disandingkan dengan keilmuan seluruh perempuan pada masa itu adalah sama “, Ujar Syekh Bilal. Oleh karena itu kekuatan ulama perempuan sangat dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan tesebut. (Fidhoh)