Terpilihnya 17 Ramadan sebagai Nuzulul Qur’an

Diposting pada

Suatu peristiwa tidak terlepas dari 2 hal, yaitu tempat dan waktu. Tempat  Al Qur’an diturunkan yaitu di Makkah, tepatnya di Gua Hira. Disebutkan dalam Al Qur’an ayat  tentang waktu turunnya Al-Qur’an dalam QS.  Al Baqarah: 185,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Al Qur’an turun di bulan Ramadan. Lalu mengapa bisa tanggal 17? Terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai hal ini. Akan tetapi, disebutkan beberapa ayat yang masyhur dalam QS. Al-Qadr:1 , لَيْلَةِ الْقَدْرِاِنَّا اَنْزَلْنٰهُ فِيْ  artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar Dalam ayat ini Al Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadr. Sedangkan  Lalilatul Qadr terjadi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Kemudian dalam QS. Ad-Dukhon:3,

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ

Artinya “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi.Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan”. Dari ketiga ayat tersebut belum ada ayat  yang menunjukkan tanggal 17.

Ayat yang menjadi dasar Al Qur’an diturunkan  tanggal 17 yaitu QS. Anfal:

وَمَا أَنزَلْنَ عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ ٱلْفُرْقَانِ يَوْمَ ٱلْتَقَى ٱلْجَمْعَان

Artinya: “Apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan”.  Adapun maksud dari  hari bertemunya 2 pasukan adalah perang badar, yang terjadi pada 17 Ramadan.  Sehingga, dari ayat ini ulama menyimpulkan 17 Ramadan adalah permulaan Nuzulul Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.

Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, terdapat  beberapa pendapat mengenai ayat yang  pertama turun. Ayat yang paling masyhur, yaitu,  5 ayat pertama surat Al’Alaq. Kata Iqra’ merupakan fiil amr yang berarti bacalah! Iqra merupakan pesan untuk belajar secara serius dan profesional. Sebelum kita melakukan  apapun, pasti kita melakukan proses iqra’. Amalan apapun yang kita lakukan di kehidupan sehari-hari pasti didahului dengan Iqra’ atau belajar tentang hal tersebut.

Adanya  aktivitas belajar yang diperintahkan Allah kepada kita untuk belajar supaya jika melakukan sesuatu itu dengan benar. Tidak cukup dengan belajar saja, belajar juga jangan lupa sisi memohon bantuan dari Allah dan jangan lupa sisi keterbatasan diri kita. Tidak  hanya mengandalkan kemampuan kita saja, karena  kita selalu membutuhkan Allah.

Secara umum, Al-Maidah: 3 merupakan ayat yang turun terakhir. Ayat tersebut turun di hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah sedangkan Rosul wafat Robiul Awwal. Tetapi, ada pendapat masyhur yang didukung para ulama tentang ayat terakhir yang berbunyi

وَٱتَّقُوا۟ يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى ٱللَّهِ ۖ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Disebutkan dalam riwayat Abdullah bin Abbas ra setelah ayat ini sekitar 9 hari Rasul wafat. Sehingga dapat diambil pesan antara ayat pertama dan terakhir, orang belajar, beramal, tawakkal kepada Allah sebagai bekal untuk hari akhir. Bertaqwalah kepada Allah karena semua akan kembali kepada Allah.

Pesan-pesan tentang bagaimana ber-istifadah dari bacaan Al Qur’an. اقراء بقلبك قبل ان تقراء بلسانك   bagaimana kita bisa barengkan membaca dengan hati dan lisan. Rahmat, futuh yang kita dapati dari Al Qur’an sesuai dengan kasyaf, sesuai dengan  keterbukaan  dan kebersihan hati. Dari Imam Al Hasan, pada generasi sebelumnya, mereka memandang Al Qur’an sebagai pesan dari Allah yang mereka baca di malam hari, dan mentadabburi. Esok hari mereka mencoba mengamalkannya. Dari Abu Hurairah ra menyampaikan bahwa  rumah yang dibacakan di dalamnya Al Qur’an maka penuh dengan barokah, rezeki diluaskan, dan setan terusir dari rumah tersebut.

Al Qur’an selalu membawa berkah bagi orang yang khikmat, membacanya, mengamalkan, mentadabburi, menyimak dan membantu orang- orang yang bercampur dengan urusan Al Qur’an. Oleh karena itu, semua level interaksi dengan Al Qur’an harus kita pahami sebagai nikmat yang harus kita syukuri. Karena kita bisa merasakan nikmat itu jika sudah hilang dari kita.

Disarikan dari pengajian peringatan Nuzulul Qur’an oleh Ust. H. Abdul Jalil Muhammad, M.A

Oleh: Iqna Isti’nafiyyah

Foto: Dokumentasi Pribadi Redaksi