Setelah resmi dibuka oleh Gus Kholid Arif Rozak pada sore hari, OSPEP dilanjutkan dengan penyampaian materi kepada peserta di musholla barat. Sekitar pukul 19.30 WIB, Ustadz Suhadi Chozin menyampaikan materi tentang sejarah Pondok Pesantren Al Munawwir hingga sejarah K.H. A. Warson Munawwir. Ustadz Suhadi adalah salah satu santri yang dikenal dekat dengan Bapak (Kiai Warson).
Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Hadi memulai dengan menjelaskan asal-usul Al Munawwir beserta pendirinya, yang tak lain adalah K.H. Munawwir. Beliau bercerita bahwa asal mula pesantren ini berdiri di daerah Kauman, belakang Masjid Gedhe Kraton sebelum pada tahun 1911 pindah ke daerah selatan kraton.
Kiai Munawwir adalah mahaguru Alquran di tanah nusantara. Lewat didikannya, beberapa ulama besar Alquran berhasil lahir, diantaranya adalah Kiai Arwani Kudus, Kiai Muntohar Wonosobo, dan masih banyak lagi. Sedangkan Kiai Munawwir sendiri pernah mengenyam pendidikan pesantren lewat tangan-tangan ulama besar seperti Kiai Abdullah, Kiai Kholil Bangkalan, Madura, Kiai Sholih Darat, Semarang, hingga para ulama di Madinah. Tak heran bila Kiai Munawwir disebut sebagai salah satu ulama yang membawa Alquran dan ilmunya ke Indonesia.
Setelah wafatnya Kiai Munawwir, Krapyak sempat dipimpin oleh K.H. Afandi dan K.H. Abdul Qodir. Setelah itu, Krapyak dibawah kepemimpian kiai kharismatik, K.H. Ali Maksum. Di bawah era Kiai Ali, Krapyak yang awalnya adalah pesantren Alquran, juga mulai mengajarkan kitab-kitab klasik khas pesantren salaf. Tentunya Kiai Ali sebagai pengajarnya. Salah satu hasil didikan keras beliau adalah pendiri pesantren kita, Bapak Warson.
Komplek Q berdiri sekitar tahun 1989, tepatnya pada 22 September. Pengajian pertama kali dilaksanakan di mushollah timur, santrinya pun masih sangat terbatas. Bapak mendirikan pesantren sendiri atas dasar dorongan dari Kiai Ali. Dalam perjalanannya, Bapak bertindak sebagai pengajar kitab-kitab klasik sedangkan Nyai Khusnul Khotimah menerima setoran santri yang hafalan Alquran.
Setelah materi tentang sejarah pesantren, kegiatan dilanjutkan dengan motivasi yang disampaikan oleh Ustadz Ihsanuddin. Ustadz Ihsan juga merupakan santri asli Krapyak. Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Ihsan menyampaiakan beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh manusia, diantaranya adalah orang sering kali menginginkan adanya perubahan tetapi sering bingung dalam melaksanakannya.
Kemudian beliau juga menyampaikan bahwa urusan kita itu bukan melampaui orang lain, tetapi diri sendiri. Dan sukses itu dilakukan bukan hanya dibayangkan. “ Jangan takut melakukan perubahan dan jangan melakukan perubaan ketika terpepet “, ujar Ustadz Ihsan kepada peserta. “ Apabila ada peluang, sambar kesempatan “, tambah beliau.
Selain itu, beliau juga menyampaikan agar tidak melapor tentang masalah kita terhadap sesama makhluk sebelum melapor kepada Allah terlebih dahulu. “ Seorang hamba yang hebat adalah hamba yang mampu menyembunyikan kesedihan dan problem hidupnya di depan makhluk, sehingga ia tetap selalu ceria “, kata Ustadz Ihsan.
Materi motivasi ini berakhir sekitar pukul 21.30 WIB. Setelah itu acara dilanjutkan dengan evaluasi oleh panitia sebelum peserta boleh kembali ke kamar masing-masing.(Fidhoh)