Euforia perayaan agustusan tahun ini benar-benar terasa. Mungkin karena sudah dua kali tidak ada perayaan agustusan yang sifatnya rame-rame bergembira bersama. Maka, pada tahun ini perayaan hari kemerdekaan yang lazim disebut agustusan benar-benar semarak. Dari jenis gelaran lomba, aneka karnaval sampai gebyar panggung musik terutama dangdut (kalo di kampung saya sih).
Yang cukup menarik di kampung saya adalah liga sepakbola wanita alias lomba sepakbola antar ibu. Sepakbola mini, dengan luas lapangan separo dari yang seharusnya. Ramainya bukan main. Dari teriakan penonton sampai sahut-sahutan bunyi aneka tetabuhan dari pendukung masing-masing kesebelasan. Eh, bukan kesebelasan sih karena pemain per tim hanya 6, 7 dengan kiper (penjaga gawang).
Terdengar berkali-kali peringatan kepada para penonton agar tidak melewati garis sehingga masuk ke lokasi sepakbola dilangsungkan. Terdengar pula rengekan anak meminta jajanan, juga anak-anak yang asyik bermain, sementara orangtuanya nonton. Jadi hiburan sore buat keluarga.
Yang lebih unik, agustusan tahun ini, saking semangatnya, dirayakan sampai dengan bulan ke delapan masehi berakhir. Ya, agustusannya sampai September. Itulah yang terjadi di kampung saya. Gelaran pengumuman lomba yang dilanjutkan dengan panggung dangdutan dan karaoke (begitu kalo nggak salah, karena saya nggak nonton), diadakan di awal September. Eh, ternyata di kampung teman yang beda provinsi sama juga. Aaa, jangan-jangan merata setanah air nih. Agustusan yang sampai September itu. Hehehe
Karya: Siti Jazimah (ibu 5 anak, alumni Komplek Q, dan admin WAG Kalam Santri)
Pictured by: kampoengngawi.com