KH. Ahmad Warson Munawwir

Para Santri, Menulislah!

Diposting pada 112 views

Saya kadang malu mengaku alumni santri, apalagi santrinya Bapak Ahmad Warson Munawwir yang sangat terkenal ‘alimnya. Malu karena kualitas diri yang pas-pasan terkait penguasaan ilmu agama. Ya Allah, sungguh malu ingin mengaku, tapi harus diakui karena itu adalah kenyataan bahwa saya dulu kurang sungguh-sungguh dalam belajar, sehingga sampai boyong belum bisa membaca kitab gundul.

Namun, ada kejadian luar biasa, ketika Bapak (panggilan akrab para santri untuk Kyai Warson) menyebut saya ‘santri istimewa’ karena kegiatan menulis.

“Ini santri saya yang istimewa. Dia seorang penulis,” demikian pangendikan Bapak kepada begitu banyak tamu saat itu, memperkenalkan saya yang sedang sowan.

Baca Juga:  Menulis Sebisanya, Menulis Kebaikan

Seketika muncul rasa senang di hati, tentu saja. Siapa tak bangga dipuji kyainya sedemikian rupa. Namun, muncul juga rasa malu. Apakah Bapak pirso tulisanku seperti apa? Tulisan-tulisan fiksi yang minim ilmu, dan bahkan mungkin ada tercampur nafsu. Astaghfirullah. Semoga Allah ampuni segala salah khilaf dalam semua tulisan saya. Kalimat Bapak tentang ‘santri istimewa’ karena menulis terus terngiang di pikiran dan hati. Rasanya ingin sekali curhat pada Bapak. Ah, rindu ini masya allah. Senyum dan tawa Bapak kala mencandai para santri, sesekali meledek.

“Bapak, saya memang dikaruniai talenta merangkai kata. Tapi saya mau nulis apa? Ilmu saya nyaris tak ada.”

Maka, sementara inilah yang saya lakukan. Menyemangati, memotivasi, ngoprak-oprak para santri dan alumni untuk menulis. Berbagi kisah dan hikmah. Berbagi cerita kebaikan dan ilmu pengetahuan. Berharap agar tulisan tersebut bisa menjadi amal jariyah yang kelak bisa menerangi alam kubur — ini kalau kalimatnya salah mohon maaf ya. Duh, sedihnya orang fakir ilmu tuh begini amat ya.

Para santri, menulislah! Jangan ragu dan jangan malu. Insya Allah saya bantu secara teknis (yang terkait ilmu menulis).
Agar ilmu pengetahuan dan wawasan selama menjadi santri bisa tersiar lebih luas. Agar kehidupan pesantren yang penuh barokah terpancar keindahannya di mana-mana. Dan, agar Bapak menatap kita semua dengan bahagia nan bangga. Karena kita semua sudah jadi penulis. Semoga saja. Insya Allah. Aamiin ya robbal ‘alamin.

Oleh: Siti Jazimah, salah satu pendiri “Kalam Santri” Halqimuna dan founder Kelas Menulis Abrakadabra

Foto: Dokumen Pribadi