Habib Novel Alaydrus
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan haram atau bulan yang mulia dan diagungkan oleh Allah SWT, biasa juga disebut sebagai bulan Haji. Di dalamnya terdapat hari raya idul adha (Qurban) dan adanya kewajiban haji bagi yang mampu melaksanakannya. Mengapa bulan Dzulhijjah ini termasuk bulan yang dimuliakan dan diagungkan? Karenanya terdapat beberapa amalan yang penuh akan sejarah bagi umat Islam.
Nah, apa saja amalan-amalan atau amalan terbaik di bulan Dzulhijjah itu? Sebenarnya semua amalan di bulan baik itu baik, dan semua amalan baik di bulan apapun itu baik. Tetapi, di bulan Dzulhijjah terdapat banyak sekali amalan-amalan, baik dari syariat lahir maupun batin. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkannya kepada umat muslim.
Amalan Lahir dan Batin
Syariat lahir adalah amalan lahiriyah seperti menyembelih hewan qurban dan puasa yang batal tidaknya dari urusan bentuk lahirnya. Sedangkan syariat batin adalah amalan hati yang wajib namun kebanyakan umat lupa. Bersifat mulia dan menjauhi sifat tercela. Seperti tidak dengki, iri, sombong, maupun sifat tercela lainnya kepada orang lain. Sedangkan kebaikan kepada orang lain seperti senyuman itu sunnah karena termasuk shodaqoh.
Amalan hati di bulan Dzulhijjah yakni ta’dzim (mengagungkan). “Siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah itu bukti kalau hatinya bertaqwa”. Bulan Dzulhijjah adalah syiar Allah yang luar biasa. Karena dalam bulan Dzulhijjah terdapat suatu peristiwa yang agung, dengan gambaran pelajaran yang dapat kita terapkan dalam berkehidupan.
Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS
Di bulan Dzulhijjah Allah mencontohkan secara langsung dalam peristiwa hari raya qurban yakni anak yang berkorban demi orang tua sebagai bentuk baktinya kepada orang tuanya. Dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Allah SWT meminta nyawa Ismail bukan dengan memberi penyakit ataupun membunuhnya, tetapi dengan cara harus disembelih oleh Ibrahim, ayah tercintanya sendiri. Ibrahim berkata:
يَا بُنَيَّ اِنِّيْ اَرَى فِى الْمَنَامِ أَنِّيْ أَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَاذَا تَرَ
“Hai anakku, aku melihat dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu. Maka bagaimana pendapatmu?”. Ismail pun menjawab:
يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَاءَاللهَ مِنَ الصَّابِرِيْنَ
“Hai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk golongan orang-orang yang sabar”. Atas perintah Allah SWT, akhirnya Ismail meletakkan lehernya untuk disembelih oleh Ibrahim yang telah menyiapkan pisau asahan.
Tetapi, Allah SWT ialah Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia mengganti Ismail dengan seekor domba, sehingga Ismail tidak tersembelih melainkan diganti dengan domba. Dalam peristiwa ini, Allah SWT memerintahkan hal demikian untuk menguji. Baik apakah dari ayah tega tetapi itu karena menjalankan perintah yang allah berikan ataupun dari seorang anak yang merelakan nyawa demi orangtua nya menjalankan perintah yang Allah berikan.
Satu pelajaran yang besar dari peristiwa ini adalah untuk orang tuamu, nyawamu bukanlah apa-apa atau tidak ada harganya, maka janganlah kamu memamerkan hartamu di hadapan orang tuamu. Dalam artian janganlah kalian durhaka kepada orang tuamu. Dari peristiwa ini, ambillah pelajaran amalan bulan Dzulhijjah yang tidak tersirat tetapi tersurat.
Al-Qur’an telah menjelaskan bagaimana proses anak merelakan nyawanya demi orang tua, bukan bagaimana datangnya kambing hingga disembelih. Janganlah sekedar menyembelih kurban, tapi juga karena baktinya anak karna orang tua. Sudahkah kamu korbankan ego, nyawa dan nafsumu untuk orang tuamu, ataukah justru kebalikannya?
Maka dari itu, pada bulan yang diagungkan ini, marilah kita sebagai umat muslim dapat dalam melaksanakan setiap amalan-amalan yang ada. Tidak hanya dalam berkurban dan haji, tetapi bisa dengan puasa dan membaca dzikir-dzikir bulan Dzulhijjah. Sekaligus bisa menjadi pembelajaran dalam mengambil hikmah dari beberapa peristiwa yang terjadi di bulan Dzulhijjah sebagai sejarah Agama Islam.
Oleh : Zia Zahra Hudaya
Sumber: Kanal Youtube
Gambar: Unsplash