Hal yang tidak pernah ketinggalan ketika bulan Ramadan tiba ialah takjilan. Sudah menjadi tradisi Ramadan, muncul pasar sore di beberapa titik lokasi. Pasar sore ini menjajakan berbagai menu buka puasa, mulai dari kolak hingga nasi bandeng. Bulan puasa bisa menjadi berkah untuk orang yang berjualan. Akan tetapi bagi sebagian orang yang berpuasa bisa menjadi ujian hawa nafsu. Ketika jelang magrib, tidak jarang yang berburu menu takjil. Tidak dipungkiri, akan muncul keinginan untuk membeli banyak makanan. Padahal, ketika berbuka puasa, bisa jadi makanan-makanan yang sudah dibeli malah tidak tersentuh sama sekali. Inilah rupanya nafsu, nafsu makan manusia yang selalu minta dipuaskan dan dituruti.
Manusia pada dasarnya diciptakan dengan mempunyai nafsu dalam dirinya. Tidak dipungkiri terkadang di tengah kebutuhan pokok manusia, nafsu menjadi lebih dominan ketimbang kebutuhan yang lain. Oleh karena itu, ketika Ramadan banyak hal yang harus ditahan oleh diri, terutama nafsu akan kebutuhan biologis maupun psikologis. Contoh yang paling umum ialah keinginan untuk makan dan minum yang tidak boleh dilakukan ketika sedang melaksanakan puasa. Hal inilah yang membuat Allah sangat menyukai orang yang berpuasa dibandingkan dengan ibadah yang lain selain puasa.
Ustad maulidi dalam kitab qulhadihi sabili menerangkan bahwa orang yang berpuasa itu meskipun dalam kondisi khusyuk atau tidak khusyuk, riya ataupun tidak, semua itu tetap karena Allah. Karenanya, pahala orang yang berpuasa mendapatkan pahala yamg tidak bisa dihitung dan tidak bisa diketahui karena pahala puasa diganjar langsung oleh Allah. Juga, orang yang berpuasa dari nafsu- nafsu seperti kebutuhan biologis mulai dari makan, minum dan seks itu semua ditinggalkan karena Allah. Oleh karena itu, puasa menjadi istimewa dibandingkan ibadah lainya.
Pada tulisan sebelumnya (Menilik Kembali Hakikat Puasa) diungkapkan bahwa subtansi puasa adalah menahan diri dari segala hal yang madzmumah, bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus. Begitu juga ketika kita puasa, seyogyanya harus kita maksimalkan. Bukan hanya memindahkan jam makan namun menjadikan puasa menjadi salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sudahkah kita benar-benar mempuasakan diri dan jiwa kita? Mari bersama menilik ke dalam sanubari kita, sembari terus berharap akan rahmat-Nya.
Oleh: Fauzia Rahma