Mewahnya Tasbih Digital Mu Kalah Dengan Sederhananya Batu dan Kayu
Pictured by Aang Bendjol on iStock

Mewahnya Tasbih Digital Mu Kalah Dengan Sederhananya Batu dan Kayu

Diposting pada 136 views

Pada saat Ramadan, umat Islam semakin gencar beribadah untuk menjemput keberkahan yang ada pada Ramadan. Yang paling utama adalah berdzikir, bisa dilakukan di manapun, kapanpun dan dalam setiap keadaan apapun. Berdzikir adalah mengingat dan menyebut kalimat-kalimat baik Allah atau kalimat thayyibah.

Dengan berdzikir, dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, menguatkan iman, menenangkan hati, meningkatkan kesabaran, mendapatkan keberkahan bahkan ridho dari Allah SWT, mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka.

Lalu, apa hubungannya dengan judul tentang tasbih digital, batu dan kayu? Oke sebelum itu mari kita bahas terlebih dahulu hal-hal yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka dalam manfaat dzikir.

Hal-Hal yang Mendekatkan Kepada Surga dan Menjauhkan dari Neraka

Dalam Kitab Ushfuriyah Hadist ke-5, menjelaskan tentang hal-hal yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka.

Ada salah satu sahabat bernama Abidzar yang bertanya kepada Rasulullah SAW bahwa ia meminta untuk diajari suatu amalan yang bisa mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka. Rasullullah SAW pun menjawab: “Ketika kamu telah melakukan suatu perkara kejelekan, maka ikutilah dengan melakukan suatu perkara kebaikan (berbuat kebaikan).”

Bertanyalah kembali Abidzar kepada Rasulullah SAW: “Apakah perkataan لاإله الاالله termasuk dari salah satu kebaikan?” Maka Rasulullah SAW pun menjawab: “Iya. Suatu kebaikan yang paling baik adalah perkataan لاإله الاالله .

Maka dari itu, dengan berdzikir mengucap kalimat Allah yang baik merupakan suatu kebaikan yang paling baik untuk kita bisa mendapat berkah pahala dari Allah dan mendekatkan kepada surga serta menjauhkan dari neraka.

“Sejelek-jelek dan maksiatnya kita, Ibadah harus tetap dilakukan. Dan sejelek-jelek nya perilaku orang, kita tidak boleh mengoreksinya sebelum kita mengoreksi kejelekan diri sendiri” – Gus Faik Muhammad.

Oke, berarti tau ya, selain kalimat لاإله الاالله masih ada kalimat thayyibah lainnya yang bisa dijadikan untuk berdzikir. Selanjutnya kita akan membahas mengenai tasbih digital, kayu, dan batu sesuai judul kita.

Tasbih: Manual or Digital?

Seiring berkembangnya zaman, teknologi juga semakin canggih. Umat Islam juga tentu akan tetap mengikuti arus perkembangan zaman selagi tidak menyimpang dan sesuai dengan syariat agama. Pada umumnya, umat Islam ketika berdzikir akan menggunakan tasbih yang terbuat dari kayu atau batu sebagai alat penghitung dzikir agar tidak lupa jumlah bacaannya. Dengan adanya perkembangan teknologi zaman, kini ada bentuk tasbih digital yang terbuat dari bahan plastik tertentu.

Namun, ini bukan perihal kualitas bahan yang digunakan. Baik tasbih manual maupun tasbih digital, sama-sama baik untuk berdzikir. Tetapi, ada perihal penting dibalik tasbih manual yang terbuat dari kayu maupun batu.

Tasbih digital memang didesain bagus untuk menggugah semangat dalam berdzikir. Sedangkan tasbih manual didesain secara sederhana sesuai kebutuhan. Lantas, apakah kemewahan desain tasbih digital masih kalah dengan sederhananya desain tasbih manual yang terbuat dari kayu atau batu? Mari kita ulik istimewanya batu pada suatu kisah seseorang di zaman nabi.

Kisah Laki-Laki dan 7 Batu Saksi Dzikir

Masih dalam penjelasan Kitab Ushfuriyah Hadis ke-5.

Ada suatu cerita, dari seorang laki-laki yang sedang melaksanakan wukuf di Arafah dengan membawa 7 batu dalam genggaman tangannya. Ia pun berkata: “Tujuh batu ini telah bersaksi atasku di sisi Allah bahwa aku bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

Beberapa saat kemudian ia tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi seolah-olah telah terjadi hari kiamat dan ia digiring oleh malaikat ke neraka. Namun, ketika sampai di pintu neraka, satu batu yang berada di genggaman tangan laki-laki tersebut terjatuh. Karena dirasa menghalangi, diambillah batu tersebut oleh para malaikat, namun mereka tidak kuat mengangkatnya. Oleh malaikat dilewatkanlah ke pintu neraka yang lain, tetapi lagi-lagi dihalangi oleh batu-batu yang masih berada digenggaman laki-laki tersebut.

Akhirnya ia digiring oleh malaikat untuk dibawa ke arsy Allah, dan malaikat mengadu, “Ya Allah! Engkau mengetahui masalah hamba-Mu ini. Kami tidak bisa membawanya ke neraka.” Maka Allah SWT pun menjawab, “Batu-batu itu telah memberikan kesaksian atas hamba-Ku dan tidak menyia- nyiakan haknya. Lantas bagaimana bisa Aku menyia- nyiakan haknya sedangkan Aku menyaksikan kesaksiannya.”

Kemudian Allah memberikan perintah kepada para malaikat untuk memasukkan laki-laki tersebut ke surga. “Masukkan ia ke dalam surga!” Sesuai dengan perintah Allah, ia pun dibawa ke surga oleh para malaikat.

Setelah di teliti, ternyata laki-laki tersebut sering mengucapkan kalimat لاإله الاالله serta menjadikan 7 batu sebagai saksi dari ia berdzikir.

Dari kisah tersebut, kaitannya dengan tasbih adalah tasbih yang terbuat dari kayu ataupun batu itu bisa menjadi saksi. Sedangkan tasbih digital yang terbuat dari plastik itu tidak bisa menjadi saksi. Karena apa? Kayu dan batu merupakan bendanya Allah, benda alami yang telah tersedia di dunianya Allah.

“Terdakang, suatu benda itu bisa mensyafaati atau menjadi saksi seperti batu dan kayu” – Gus Faik Muhammad.

Banyak peristiwa yang menceritakan kisah dibalik benda-benda seperti kayu dan batu. Ketika Ka’bah akan dihancurkan oleh pasukan Gajah Abraham, Allah kirimkan burung Ababil yang membawa batu kerikil panas dari neraka untuk menggagalkannya. Atau tongkat Nabi Musa yang terbuat dari kayu dapat membelah lautan ketika beliau dikejar tentara Fir’aun. Dan masih banyak lagi kisah dari benda-benda Allah yang dapat menjadi saksi. Sedangkan plastik, dibuat oleh manusia dengan bahan minyak bumi, gas alam, dan bahan organik alami serta tidak bisa menjadi saksi.

Jadi, jika kalian berdzikir dengan menggunakan tasbih yang terbuat dari kayu atau batu, maka bisa mensyafaati dan menjadi saksi atas dzikir mu kelak di akhirat. Namun, jika kalian berdzikir dengan menggunakan tasbih digital, maka tidak bisa mensyafaati dan menjadi saksi atas dzikir mu kelak di akhirat.

Wallahua’lam bisshowab…

 

Penulis: Zia Zahra Hudaya

Pictured by Aang Bendjol on iStock

Disarikan dari Pengajian Kitab Ushfuriyah bersama Gus Faik Muhammad dalam Program Khusus Ramadan 1446 H Komplek Q