Dalam rangka memperingati HUT RI ke-74, sejumlah santri Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak mengikuti upacara peringatan hari kemerdekaan di halaman Masjid Jami’ Al Munawwir (17/8). Komplek yang bertugas yaitu Nurussalam Putra sebagai petugas upacara dan Nurussalam Putri sebagai petugas paduan suara. Upacara yang dimulai pukul 08.00 ini diikuti oleh sejumlah

Berpondasi keyakinan jelata, urat nadi di hitam buana nusantara Tegaklah ia, sebatang cemara Kukuh dahan penopang langkah Hendaklah ranting bertelinga nyaring Biar hijau daun menimbun merimbun anggun Teruntuk pucuk : tahta bukan sekedar kursi empuk Gemakan suara lantang mengangkasa Agar rimbun cemara dilirik dunia Rangkul hiruk-pikuk dengan santun Dengan segenggam

Setelah beberapa saat lalu publik digegerkan dengan kabar pembakaran bendera berkalimat tauhid yang dilakukan oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser), hingga saat ini kabar tersebut masih menuai banyak berdebatan di kalangan ahli. Bahkan sejumlah golongan masyarakat ikut memberikan reaksi dengan berbagai persepsi dari adanya aksi tersebut. Terjadinya peristiwa yang bertepatan dengan

Aku berlari kencang melewati medan terjal jalan tak beraspal. Sesekali tersandung bahkan hampir menabrak pengemudi sepeda onthel yang lewat. Tapi itu semua tak menghalangiku untuk tetap melaju. Keringat sudah mengalir di pelipis bahkan sudah membasahi kerudungku. Tak sabar rasanya untuk segera membuka surat ini. Surat beramplop coklat sama seperti yang

Syekh Bilal dalam diskusi panel Muktamar Pemikiran Santri dengan tema Pesantren, Women Ulama, and Social Trasformation : Challenges and Prospects memaparkan berbagai faktor melemahnya masyarakat Muslim di mata Barat. Menurut Syekh Bilal ada faktor internal dan eksternal yang menjadikan Islam moderat menjadi Islam yang begitu menakutkan. Beberapa faktor internal tersebut

Santri dan alumni dari Pondok Pesantren pasti merasa dekat atau mungkin ingin dekat dengan bapak dan ibu pengasuh pondok serta memiliki kenangan tersendiri yang melekat pada masing-masing individu. Setiap pengasuh memiiki cara masing-masing dalam mengajar santrinya. Seperti halnya Bapak K.H. Ahmad Warson Munawwir. Beliau telaten ngopyaki mengaji, sorogan, dan mengabsen

Hari Raya Idulfitri menjadi momen yang penting dan paling ditunggu oleh seluruh umat muslim. Momen hari raya ini digunakan untuk saling memaafkan serta menuju hal baik dan baru dalam kehidupan. Meski sejatinya saling memaafkan bisa dilakukan kapanpun, namun momen ini juga merupakan hari kemenangan bagi seluruh muslim. Kemenangan yang dicapai