Akhir-akhir ini sering kali kita dikejutkan mengenai berita pengeboman, teroris, hingga kasus-kasus yang tergolong penistaan agama. Untuk menyikapi hal tersebut, Gus Irwan dalam pengajian Maulid Nabi Muhammad Saw. di PP Al Munawwir Komplek Q menjelaskan mengenai hal-hal tersebut.
Seperti pertanyaan benarkah nabi membenci non islam, memaksa mereka untuk masuk islam, dan menyebarkan islam dengan pedang seperti yang dilakukan oleh para teroris? Seorang pelukis dari Belanda pernah membuat lukisan Nabi Muhammad Saw. dengan bom di pundaknya, karena pelukis ini menginterpretasikan nabi sebagai teroris. Orang-orang barat beranggapan bahwa orang-orang Islam menyebarkan agamanya dengan bom seperti yang dilakukan oleh para teroris.
Bahkan di Kabul, Afghanistan, terjadi pengeboman dalam acara perayaan maulid. pengeboman ini dilakukan oleh kelompok yang tidak setuju dengan perayaan maulid karena mereka menganggap perayaan maulid itu adalah bid’ah.
Maulid pertama kali dilaksanakan pada zaman Sholahuddin Yusuf Al Ayyubi. Pada masa itu maulid dilaksanakan karena Sholahuddin bermaksud membangkitkan semangat kaum muslim untuk menghadapi perang salib. “Bahkan Abu Lahab sempat bergembira pada saat kelahiran nabi, oleh karena itu ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa setiap hari Senin ia bebas dari siksa, “ ucap Gus Irwan.
Dalam suatu riwayat, nabi bersabda bahwa barang siapa yang melukai kafir dzimmi, maka sama saja dengan melukai Rasulullah. Dalam tafsir Al Manar disebutkan bahwa apabila ada sekelompok non muslim yang mendapat informasi Islam yang salah, maka dia masih dimaafkan oleh Allah. “Dalam hal ini, tugas santri adalah menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin,“ pesan Gus Irwan lagi kepada santri.
Lalu bagaimana sikap nabi terhadap non muslim, dalam Shahih Bukhari Bab Jenazah disebutkan, suatu hari terdapat suatu rombongan yang membawa jenazah orang Yahudi yang melintas di hadapan nabi, melihat itu nabi berdiri untuk memberikan penghormatan. Sahabat yang melihatnya protes dan bertanya, “ bukankah itu mayat Yahudi?“. Menanggapi pertanyaan para sahabat, nabi berkata : “ Bukan kah dia juga manusia ? “.
Menanggapi maraknya isu-isu penistaan agama, Gus Irwan bercerita bahwa suatu hari, datanglah seorang Araby atau Arab Badui kepada nabi di masjid. Ia memanggil nabi tanpa embel-embel nabi atau rasulullah, hanya kata Muhammad saja. Selain itu, ia juga mengencingi masjid nabi.
Melihat hal tersebut, jelas saja sahabat marah. Mungkin jika hal itu terjadi di zaman sekarang, orang-orang akan meneriakinya dengan sebutan penistaan agama. Namun nabi menunjukkan sikap yang berbeda dengan para sahabat. Rasulullah berkata, “ kamu harus bersikap lemah lembut jangan biarkan ia lari dari Islam “.
“ Masyarakat dirangkul bukan dipukul, masyarakat butuh rahmat, bukan laknat, “ kata Gus Irwan. Di sini lah tugas santri menunjukkan mana yang benar. “ Benar adalah urusan Allah, namun jika kamu mencari yang benar, cari mana yang lebih dekat dengan hati nuranimu, “ pesan Gus Irwan sebelum menutup pengajian.