Bolehkah Kita Mempercayai Zodiak? 

Diposting pada

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), zodiak adalah lingkaran khayal cakrawala yang terbagi menjadi dua belas tanda perbintangan, yaitu Aries,Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius, dan Pisces. Sedangkan ramalan zodiak lebih mendekati maknanya dengan Astrologi. Yang dalam artian KBBI Astrologi adalah ilmu perbintangan yang digunakan untuk meramal dan mengetahui nasib seseorang. 

Dari sinilah dapat kita simpulkan bahwa ramalan zodiak adalah ramalan yang berdasarkan pada 12 bulan kelahiran. Ramalan zodiak ini sendiri dilakukan dengan cara mengaitkan karakteristik khusus yang tersematkan pada bintang tertentu dan bulan kelahiran seseorang. Sehingga karakteristik tersebut tampak berkaitan erat dalam menentukan jalan nasib seseorang yang lahir pada bulan tersebut.

Bagaimana kita sebagai umat muslim melihat masalah ramalan seperti ini?

Pertama yang harus kita ketahui adalah bahwa nasib itu hal gaib, sedangkan yang gaib itu berada di tangan Allah SWT. Artinya, kita harus berbaik sangka (husnuzan)  kepada Allah SWT bahwa bulan apapun kita dilahirkan itu merupakan bulan baik dari-Nya. Dengan kata lain kita harus selalu optimis dengan nasib dan masa depan kita kelak. Dalam kajian islam, kita mengenal hukum aqli (sesuatu yang pasti ada), mustahil , hukum jaiz, hukum syar’i, dan juga hukum ‘Adi. Ramalan zodiak maupun segala bentuk sebab-akibat merupakan hukum ‘Adi (hukum kebiasaan). 

Dalam konteks hukum ‘Adi, bisa jadi ramalan zodiak itu lahir dari kebiasaan yang berulang dan terbukti sehingga kaitan antara nasib dan karakter tertentu tampak berkaitan erat. Dalam hal ini boleh saja kita mempercayai ramalan tersebut sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Sama halnya seperti kita mempercayai obat dapat menyembuhkan rasa nyeri maupun sakit. Hanya saja kita perlu ingat bahwa hubungan keduanya sah bersalahan. Maksudnya ramalan itu bisa saja tidak terbukti sama sekali. Dalam artian kita tidak mempercayai bahwa hubungan bulan kelahiran dengan nasib seseorang adalah bersifat mutlak atau pasti.

Syekh Ibahim Al-Baijuri menyebut sedikitnya empat sikap manusia memandang relasi tersebut. 

اعلم أن الفرق في هذا المقام أربعة الأولى تعتقد أنه لا تأثير لهذه الأشياء وانما التأثير لله مع إمكان التخلف بينها وبين آثارها وهذه هي الفرقة الناجية، الثانية تعتقد لا تأثير لذلك أيضا  لكن مع التلازم بحيث لا يمكن التخلف وهذه الفرقة جاهلة بحقيقة الحكم العادي وربما جرها ذلك إلى الكفر بأن تنكر ما خالف العادة كالبعث، الثالثة تعتقد أن هذه الأشياء مؤثرة بطعها وهذه الفرقة مجمع على كفرها، الرابعة تعتقد أنها مؤثرة بقوة أودعها الله فيها وهذه الفرقة في كفرها قولان والأصح انها ليست كافرة 

Artinya, “Perlu diketahui bahwa manusia dalam kedudukan ini terbagi menjadi empat kelompok. Pertama, kelompok yang meyakini bahwa tidak ada pengaruh apapun pada benda-benda itu. Yang memberi pengaruh hanya Allah dengan kemungkinan bersalahan antara sebab dan akibatnya. Inilah kelompok yang selamat. Kedua, kelompok yang meyakini bahwa tidak ada pengaruh apapun pada benda-benda itu, tetapi meyakini kelaziman antara sebab dan akibat sekira tak ada kemungkinan bersalahan. Ini adalah kelompok yang tidak mengerti hakikat hukum adi, dan terkadang dapat membawa kelompok ini pada kekufuran di mana mereka mengingkari sesuatu yang bertentangan dengan adat, misalnya kebangkitan. Ketiga, kelompok yang meyakini bahwa segala benda itu dapat memberi pengaruh karena tabiatnya. Kekufuran kelompok ini disepakati ulama. Keempat, kelompok yang meyakini bahwa benda-benda itu memberi pengaruh karena kekuatan yang Allah titipkan di dalamnya. Perihal kekufuran kelompok ini, pendapat ulama terbelah menjadi dua. Pendapat lebih sahih menyatakan bahwa kelompok ini tidak kufur,” (Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Tahqiqul Maqam ala Kifayatil Awam [Indonesia: Darul Ihyail Kutubil Arabiyah]

Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan posisi zodiak ketika seseorang lahir dan nasibnya dapat kita percayai dalam konteks hukum ‘Adi, yaitu sesuatu yang bersifat sah saja secara akal. Namun kita juga harus mengetahui jika penentu dan sebab mutlak itu adalah dari Allah SWT. Maka dari itu sebagai umat muslim kita harus berbaik sangka kepada Allah SWT bahwa hari dan bulan apapun kita lahir itu adalah hari dan bulan yang baik. Posisi bulan kelahiran dan zodiak kita itu sama sekali tidak ada kaitannya atau tidak memiliki hubungan mutlak karena yang menentukan dan berpengaruh adalah Allah SWT.

Oleh: Marcheila Julianti

Sumber: islam.nu.or.id

Photo by Nastya Dulhiier on Unsplash