Marah menurut ilmu kejiwaan (Psikologi) merupakan ungkapan gejolak emosi dengan suatu perbuatan atau ekspresi untuk memperoleh kepuasan. Ada sebagian orang menganggap bahwa dengan marah, dirinya tampak lebih berwibawa. Tentu saja anggapan ini sangat keliru. Umumnya pemarah justru menyebabkan orang-orang di sekitarnya menjauh.
Imam Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi dalam kitabnya, Arba’in Nawawi, hadis ke-16, menyampaikan riwayat dari Abu Hurairah RA, “Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Berilah aku nasihat.’ Beliau menjawab: ‘Jangan marah!’ Nabi mengulanginya beberapa kali, ‘Jangan marah’!” (HR. Al-Bukhari).
Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad mengulang kata “Jangan marah!” sebanyak tiga kali. Sayyid ‘Alwi Abu Bakar Muhammad As-Saqaf dalam kitabnya, Al-Bayan fi Syarh al Arba’in an-Nawawi menjelaskan bahwa jika marah disandarkan kepada hak Allah SWT maka itu berarti berkehendak untuk menyiksa, tetapi jika disandarkan kepada manusia maka marah adalah meluapkan emosi dan perasaan dalam hati ketika menghadapi sesuatu yang dibenci.
Banyak hal buruk yang dapat muncul dari sikap marah. Marah bisa menimbulkan saling membenci, memutus tali silaturrahim, permusuhan, dan tercabutnya keberkahan rezeki. Oleh karena itu, Allah SWT memberi apresiasi kepada orang yang selalu menahan amarah dan selalu memberi maaf.
Cara Ampuh Mengendalikan Marah Ala Rasulullah SAW
Berikut cara yang Rasulullah SAW ajarkan untuk mengendalikan marah:
- Membaca Kalimat Ta’awudz
Dari sahabat Sulaiman bin Surd, beliau menceritakan, “Suatu hari saya duduk bersama Rasulullah SAW. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika orang ini membacanya, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A-‘uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
- Berusaha Diam dan Jaga Lisan
Diam merupakan perbuatan mulia dan salah satu cara untuk mengantisipasi muncul luapan amarah. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
- Mengambil Posisi Lebih Rendah
Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi. Semakin menurutinya, semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya. Untuk mengendalikan marah, kita bisa mengikuti cara yang Rasulullah ajarkan yakni dengan mengambil posisi lebih rendah daripada sebelumnya. Rasulullah bersabda: “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendaknya dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
- Segera Berwudu atau Mandi
Marah itu datangnya dari setan dan Allah menciptakan setan dari api. Maka Rasulullah SAW menganjurkan orang yang marah untuk berwudu atau mandi untuk meredamkan amarahnya. Dari Urwah As-Sa’di, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Oleh: Afrida Aunil Ilah (Kamar 6B)
Sumber:
— Nu.or.id
Photo by wayhomestudio on Freepik