Sebagai perempuan, menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga itu pilihan masing-masing. Tidak memihak pada salah satu pilihan, karena semua tergantung tulusnya niat yang ditanamkan. Seperti Najwa Shihab, perempuan berkelahiran Makassar, 16 September 1977 . Terlahir dari seorang pendiri Pusat Studi Al-Qur’an, Prof. Quraish Shihab dan Fatmawati Assegaf. Alumni Fakultas Hukum UI tahun 2000, yang memiliki kecintaanya terhadap dunia jurnalistik. Memilih memulai karirnya dengan bergabung bersama Metro TV, yang menurutnya bisa menampung semua keahliannya di bidang jurnalis. Kesuksesan yang diraihnya tak terlepas dari dukungan orang tuanya. “If you want to something, go get it” sebuah untaian kata yang menjadi motivasi Najwa dalam berusaha hingga apa yang Najwa dapatkan sampai sekarang ini.
Berkecimpung di dunia televisi sebagai presenter menghasilkan banyak penghargaan yang diraihnya. Masuk dalam nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards Presenter Berita Terbaik, meraih penghargaan Young Global Leader (YGL) 2011 dari Word Economic Forum (WEF) di Swiss, dan masih banyak penghargaan lainnya. Menjadi presenter terbaik dengan berbagai prestasi tidak membuat kepedulian terhadap bangsa semakin menipis.
Kedekatan dan kecintaannya pada buku, membuatnya mendapatkan peran sebagai Duta Baca Indonesia pada tahun 2016-2020, dan Duta Pustaka Bergerak oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Ia mengemban tugas utamanya yaitu menyebarkan minat membaca ke penjuru negeri. Generasi muda menjadi target utama untuk mewujudkan budaya gemar membaca, terutama di era digital. Membaca merupakan elemen penting untuk meningkatkan kemampuan analisi, terutama menyikapi berita-berita hoaks. Selain itu, dengan gemar membaca, akan menghasilkan orang-orang yang tidak mudah terprovokasi tidak mudah memaki dan punya hati.
“Terpujilah mereka yang gigih sebarkan bahan bacaan, kepada mereka yang haus ilmu pengetahuan. Merekalah yang menyodorkan jendela dunia, agar anak-anak bangsa dapat berpikir seluas cakrawala” ungkap Najwa. Jika budaya membaca berada di atas rata-rata, maka Indonesia akan mampu bersaing dan tidak takut menghadapi dunia. Tidak seharusnya anak-anak bangsa tumbuh dalam keyakinan buta, tetapi mempunyai wawasan luas bahkan mencintai argumentasi adalah yang harus mereka miliki.
Oleh: Iqna Isti’nafiyah
–
Foto: Instagram @najwashihab