Tariqah Syadziliyah punya prinsip begini dalam beribadah, Tidak pernah menganggap kesalahan itu ya kesalahan, pokoknya asal ibadah itu lebih baik ketimbang kamu memaksakan untuk sempurna.
Kemudian Abu Hasan Asy Syadzili juga berpendapat bahwa :
قليل العمل مع شهود منة خير من كثير العمل مع شهود تقصير
Jadi, amal yang sedikit dan kita berterimakasih kepada Allah karena ditakdirkan melakukan amal tersebut, itu sudah lebih baik daripada amal kita banyak tapi selalu merasa salah. Kita ditakdirkan sholat, itu sudah luar biasa ketika orang lain tidak ditakdirkan sholat. Kita membaca Al Qur’an, itu luar biasa ketika orang lain menikmati perempuan haram, dugem, narkoba dan lain-lainnya.
Tapi hati-hati misalnya ketika kita sudah sholat, sudah baca Al Qur’an, kemudian kita berpikir begini, “Aku sudah sholat tapi sayangnya tidak ingat Allah, masih ingat uang (misalnya), entah sah atau tidak sholatku.” Berarti di sini kita menganggap ibadah sebagai masalah, ini cita-cita setan. Menurut Abu Hasan Asy Syadzili, kita menganggap ibadah yang kita lakukan ada kurangnya, itu sudah bagian dari syirik. Orang kita ini manusia, kok pingin sempurna, itu sudah keangkuhan. Kalau nunggu sempurna, ya tidak ada yang akan diterima Allah.
Zaman akhir seperti sekarang ini, kita sudah mau sujud, shodaqoh, apapun bentuknya tidak apa-apa begitu saja setan sudah jengkel. Jadi kita sekarang diberikan nikmat sholat seperti ini, apapun bentuknya ya disyukuri, itu masih lebih baik daripada orang-orang di luar sana yang tidak sholat sama sekali. Jangan memaksa sempurna, karena kalau ketika kita memaksa sempurna, sehabis sholat tidak akan ingat mengucapkan Alhamdulillah. Jika memaksa sempurna, yang ada kita menganggap ibadah sebagai sesuatu yang tidak mengenakan dan menganggapnya sebagai masalah (problem). Nah itu adalah cita-citanya setan.
Menurut Iman Syafi’i, Kalau ada orang ibadah kok memaksakan harus ikhlas, yang ada malah meninggalkan ibadah dan itu adalah cita-cita setan. Sedangkan menurut ulama dahulu, سيرو الى الله عرجا ومكا سير Jadi, sebagaimanapun ibadahmu yang penting sudah benar menuju Allah SWT, jangan memaksakan sempurna.
Kalau kita kepingin benar, ya tidak bisa. Di mana saja kita ini berpotensi salah. Memangnya kita ini siapa? Kok punya keinginanan untuk sempurna.
–
Sumber : https://youtu.be/Ie529VGfVYQ
Rujukan kitab : Nashoihul Ibad Maqolah 23
–
Oleh : Desi Nur Istanti
–
Foto: NU Online