Habib Umar bin Hafidz, sosok ulama yang tidak asing bagi telinga Indonesia. Lahir di hari Senin, 4 Muharram 1338 H atau 27 Mei 1963 M di Tarim, Hadramaut, Yaman. Beliau merupakan keturunan Rasulullah SAW yang ke 39. Beliau terkenal dengan sosok ulama besar yang ramah ,penuh kasih sayang dan bijaksana yang terlahir dari keluarga shaleh dan berilmu. Berbagai ilmu agama sudah dipelajari sejak masih kecil. Ilmu-ilmu seperti Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Tauhid, dan Ushul Fiqih didapatkan dari keluarganya sendiri, terutama dari ayahnya. Sosok sang ayah, Habib Muhammad bin Salim, merupakan seorang ulama yang mencapai derajat mufti dalam madzhab Syafi’i.
Selain itu, beliau juga berguru dari tokoh-tokoh lain seperti Al-Habib Muhammad bin Alawi bin Shihab al-Din, Al-Habib Hasan al-Haddad dan ulama-ulama lain di Tarim. Mengajar dan berdakwah sudah dilakukan sejak beliau di umur 15 tahun. Di sana, beliau berdakwah dengan mendirikan pesantren bernama Darul Mustafa yang berisi santri dari berbagai negara. Selain mendirikan pesantren, beliau juga membangun beberapa forum kajian keaagamaan di Tarim. Tidak hanya berdakwah di negerinya saja, namun beliau sudah berdakwah secara global ke berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
Dakwah di Indonesia rutin dilakukan Habib Umar sejak tahun 1994, atas utusan Al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf untuk menggugah semangat dan rasa kepedulian Alawiyyin Indonesia. Karena seringnya Habib Umar datang ke Indonesia, maka beliau menginisiasi berdirinya organisasi yaitu Majlis AL-Muwasholah Bayna Ulama Al-Muslimin atau disebut Forum Silaturrahmi Antar Ulama.
Beliau juga sangat menghormati ulama-ulama Indonesia. Di setiap kajian rutin yang beliau isi, Habib Umar mengkaji kitab karangan KH. Hasyim Asy’ari berjudul Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Hal itu menjadi salah satu bukti kedekatan Habib Umar di kalangan Nahdlatul ‘Ulama. Sebuah ungkapan oleh Hery Haryanto Azumi, Wakli Sekretaris Jenderal PBNU, bahwa Habib Umar meyakini bahwa kebangkitan Islam akan datang dari Indonesia.
Sumber. Nu Online dan Bangkit Media
—
Oleh : Iqna Isti’nafiyah