Pemicu Berdirinya NU
Cikal bakal dari berdirinya Nahdlatul Ulama’ (NU) adalah ketika KH. Wahab Hasbulloh mendirikan jam’iyyah bernama Tashwirul Afkar atau juga disebut Nadlatul Fikr pada tahun 1914 M. NU didirikan dan menjadi salah satu organisasi keislaman terbesar di dunia sampai sekarang. Tak lepas dari rangkaian panjang ikhtiar secara lahir dan batin pendirinya.
Ikhtiar tersebut tercermin dari sebagaimana yang dilakukan KH. Hasyim Asy’ari ketika mendapatkan usulan membentuk organisasi Nahdlatul Ulama’ dari KH. Wahab Hasbulloh. Yang kemudian diistikharahi oleh Kiai Hasyim dan hasilnya tersebut didapatkan oleh KH. Cholil Bangkalan dan disampaikan melalui KH. As’ad Syamsul Arifin yang merupakan santri dari Kiai Cholil.
Sebenarnya, salah satu pemicu berdirinya NU antara lain sebab dari tindakan pemerintah Arab Saudi, Raja Saud yang berpaham wahabi ingin menetapkan pemurnian ajaran Islam. Serta menolak praktik bermazhab utamanya mazhab empat. Kemudian, mereka juga berencana membongkar makam Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu, untuk meneguhkan penerapan empat mazhab, serta menjawab berbagai problem keagamaan dan menangani masalah sosial masyarakat lainnya pada saat itu.
Akhirnya dengan segala persiapan yang strategis, KH. Wahab Hasbulloh membentuk Komite Hijaz yang akhirnya disepakati pada 31 Januari 1926 atau bertepatan pada 16 Rajab 1344 H menjadi organisasi permanent yang diberi nama Nadlatul Ulama’ oleh Kiai Mas Alwi Abdul Aziz di kota Surabaya, untuk dikirim ke Muktamar Dunia Islam.
Tujuan NU didirikan
NU didirikan dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, dan mengembangkan ajaran Islam yang berhaluan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan sumber ajaran dari Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. Serta menganut salah satu dari empat imam mazhab (Syafi’I, Hambali, Hanafi, dan Maliki) dalam bidang ubudiyah. Salah satu dari dua imam yaitu Al-Asy’ari atau Al-Maturidli dalam berakidah, dan salah satu dari dua imam yaitu Al-Junaidi atau Al-Ghazali dalam bidang tasawuf.
Tidak lain, hal ini untuk menciptakan kemashlahatan umat Islam, masyarakat, kemajuan bangsa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. NU juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari umat Islam yang memegang teguh prinsip persaudaraan (al-ukhuwah) dan toleransi (at-tasammuh). Sehingga bisa mewujudkan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kokoh dan dinamis.
Rangkaian Harlah NU ke-101 di Yogyakarta
Pada tanggal 27 Januari 2024 atau 16 Rajab 1445 Hijriyah kemarin, menepati tanggal lahir NU ke-101 tahun. Pengurus Besar Nadlatul Ulama’ (PBNU) menyelenggarakan acara peringatan hari lahir NU yang mengusung tema “Mengacu Kinerja, Mengawal Kemenangan Indonesia”. Acara diselenggarakan di beberapa tempat di Yogyakarta.
Dari informasi yang diperoleh, Syarif Munawi sebagai ketua panitia pelaksana harlah NU ke-101 tahun menuturkan bahwa peringatan harlah dibuka dengan mengadakan istighosah di Pondok Pesantren Pandanaran, Ngaglik, Sleman. Acara diselenggarakan dengan maksud memohon pertolongan kepada Allah bagi kemashlahatan Nahdlatul Ulama’ dan Indonesia. Serta sebagai wujud rasa syukur atas perjalanan Nahdlatul Ulama’ selama 101 tahun.
Kemudian, rangkaian acara dilanjutkan dengan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama’ yang digelar di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (29/01/2024). Halaqah tersebut mengundang COO Center for Shared Civilization Values, North Carolina, USA, H Muhammad Cholil; dan pengajar di Boston University, USA, Prof Robert W Hefner sebagai pembicara undangan.
Rangkaian acara selanjutnya pada Selasa (30/01/2024) diisi dengan Konferensi Besar (Konbes) NU di Hotel Purosani, Yogyakarta. Pada Konbes NU tahun ini, lebih fokus membahas peraturan perkumpulan tentang fasilitas kesehatan dan kinerjanya yang disertai dengan penetapan hukum, metode dan proses pengambilan keputusannya serta hal-hal lainnya.
Acara terakhir, sebagai Puncak Harlah Ke-101 NU diselenggarakan di Universitas Nahdlatul Ulama’ (UNU) Yogyakarta pada Rabu (31/01/2024). Ada tujuh rangkaian kegiatan sebagai berikut:
- Prosesi Peresmian Gedung Kampus Terpadu UNU Yogyakarta oleh Presiden Republik Indonesia.
- Penyerahan Penghargaan kepada KH Ahmad Shiddiq (Rais Aam PBNU 1984-1991) sebagai Tokoh Pelopor Persaudaraan Kemanusiaan.
- Prosesi Kick-Off Pembangunan MBZ College for Future Studies.
- Prosesi Peresmian Galeri Seni Nusantara.
- Peresmian Industry Hub oleh Presiden Republik Indonesia.
- Pertunjukan Teknologi Imersif: Ekspedisi Masa Depan.
- Penampilan Teatrikal NU Masa Depan.
Kegiatan Puncak ini dihadiri Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo beserta sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab, Syeikh Suhail Mohammed Al Mazroei, dan Dubes dari beberapa negara serta tamu-tamu kehormatan lain sebagai mitra strategis UNU Yogyakarta.
Penulis: Fariha Fauziah
Foto: Arsip Media Al-Munawwir
Sumber: