Rais Syuriah Pengurus cabang Istimewa Nahdalatul Ulama di Australia Prof Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) mengungkapkan sisi lain adanya wabah pandemi global Corona Virus Disease (Covid-19) yang menghantam berbagai negara di dunia.
Menurutnya wabah ini justru membawa hikmah luar biasa. Dari sisi ekosistem lingkungan dan alam, langit kembali menjadi biru, aliran sungai kembali jernih karena berkurangnya polusi udara dan sampah limbah akibat pabrik-pabrik berhenti beroperasi.
“Pantai menjadi bersih dari sampah plastik. Ikan berenang gembira karena tak lagi diganggu kapal pesiar mewah. Burung terdengar bersahutan karena jalan raya tak lagi brisik dengan suara knalpot dan klakson. Keluarga yang selama ini tak pernah lagi duduk makan bersama dan saat bertemu biasanya hanya uang dan kerja yang dibahas, kini lebih banyak berkumpul di rumah beribadah dan beraktivitas bersama keluarga,” ungkapnya.
Menurutnya, jika ada sementara pihak yang protes kenapa masjid ditutup dan kemudian muncul teori-teori konspirasi, sebenarnya mereka lupa bahwa pusat perjudian di Las Vegas Amerika dan Singapura juga tutup. Semua bar dan club di New York, Paris, dan London tutup. Tempat prostitusi di Jerman Belanda dan Rusia juga tutup. Semua kemaksiatan berhenti seketika akibat Corona. “Bukan karena takbir atau pentungan,” tegasnya.
Di saat manusia terkapar karena terpapar Corona, lanjutnya, perlahan alam semesta menemukan kembali harmoninya. Kita pun bertanya inikah musibah atau anugerah? Inikah bencana atau rencana Allah? Inikah aib kemanusiaan atau inikah sebuah proses alam ghaib untuk memanusiakan kembali kemanusiaan kita? Inikah azab atau inikah cara Allah yang sedang mengajarkan manusia pada semesta? Inikah misteri atau inikah solusi?
Gus Nadir pun mengutip ayat Q.S. Al-Baqarah: 286 yang berbunyi: “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
“Terima kasih ya Allah, Engkau turunkan wabah Corona ini, artinya Engkau percaya kami akan sanggup menjalani dan menghadapinya. Terima kasih atas kepercayaan Engkau ya Allah, kami pun percaya bahwa wabah corona ini tidak akan membebani kami di luar batas kesanggupan kami. Karena itulah janjimu,” ungkapnya.
Mengutip Syekh Ibnu Athaillah, Gus Nadir menegaskan bahwa boleh jadi seseorang akan mendapatkan pengalaman batin dalam penderitaan, saat ia tak bisa mendapatkannya dalam puasanya dan shalatnya. Pengalaman batin saat diuji adalah cara Allah untuk menarik manusia lebih dekat lagi kepadaNya. Bukan hanya dalam keadaan saat beribadah saja, tapi juga saat mengalami kerugian dan musibah.
“Bermacam ujian itu hakikatnya adalah hamparan pemberian. Datangnya cobaan tak hanya meniscayakan kesabaran, tapi juga syukur. Karena di balik syukur itu ada karunia yang hendak diberikan Allah,” katanya mengutip maqalah Syekh Ibnu Athaillah.
Menurutnya, Allah sangat komplit dan menyeluruh. Tidak akan dikabulkan doa seseorang sampai Allah minta ia persiapkan dulu hal-hal kecil maupun prasarana dan sarananya. Sehingga ia mampu dan sukses menjalani apa yang dipanjatkan kepadanya.
Setelah doa terkabul kelak lanjutnya, kita tidak akan dibiarkan Allah untuk menjalaninya sendirian. Tidak akan dilepaskannya kita begitu saja oleh Allah SWT. Semua titik kecil yang berserakan akan dihimpunkannya menjadi sebuah aksara “Kun Fayakun” untuk manusia.
“Innama Amruhu Idza Arada Syaian An Yaqula Lahu Kun Fayakun. (Sesungguhnya urusannya-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, Jadilah, Maka jadilah ia,” pungkasnya mengutip QS. Yasin : 82.
Hal ini disampaikannya saat acara Doa Bersama dan Pertaubatan Global Bersatu Melawan Corona Bersama NU Seluruh Dunia, Kamis (9/4) malam. Kegiatan doa bersama dan pertaubatan global ini disiarkan live di Kompas TV, TV9 Nusantara, BBS TV. Live Streaming di Fanpage Facebook NU Online, 164 Channel, Nahdlatul Ulama Organization. Live Streaming di Youtube NU Channel, dan AULA Channel.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin
—
Sumber: NU Online
—
Foto: Facebook Nadirsyah Hosen