Seringkali kita mengabaikan niat dalam keseharian. Padahal niat itu sebagai pondasi dari sebuah perbuatan. Ibarat sebuah bangunan, pondasi yang dibangun itu kuat atau tidak. Jika tidak kuat, maka akan membahayakan seluruh bangunan dan isinya.
Dalam kitab Arba’in Annawawiyah, hadits tentang niat menempati urutan pertama. Sabda Nabi tersebut yaitu انما الاعمل بالنت yang artinya “Sesungguhnya apapun amalnya bergantung kepada niatnya”. Jika niatnya besar, maka akan dapat pahala yang besar. Apabila niatnya kecil, maka akan mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya. Jika niatnya baik, maka dapat pahala dari Allah, tetapi jika niatnya buruk, maka mendapat dosa.
Sebagaimana dikatakan, orang yang berilmu, yang menyampaikan ilmu tetapi memiliki penyakit hati, maka ia menularkan penyakit hatinya kepada pendengarnya. Jika niatnya buruk, maka semua orang akan mendapat dampaknya. Walaupun masing-masing orang akan dapat pahala sesuai niatnya.
Contoh lain dari dampak niat yang salah, terdapat dalam kisah Nabi Muhammad SAW ketika dalam perang Uhud. Nabi menempatkan beberapa pemanah di bukit Uhud, di suatu bagian dari bukit. Pesan Nabi, “Apapun yang terjadi jangan tinggalkan tempat ini sebelum diperintah!”. Ketika menang, orang-orang kafir sudah terusir. Tetapi, di bawah terdapat banyak rampasan perang. Sebagian pemanah yang hatinya lupa dengan perintah Nabi, mereka turun ke bawah walaupun pemimpinnya sudah mencegah mereka. Akhirnya musuh kembali datang, dan membantai mereka, begitu juga mereka yang berada di atas. Sampai-sampai Nabi Muhammad SAW pipinya terkena panah dan giginya patah. Artinya bahwa hanya karena niat beberapa orang yang tidak benar, menyebabkan orang lain terkena dampaknya.
Oleh karena itu kita harus bertanya kepada diri kita masing-masing. Hidup kita diniatkan untuk apa? Dan juga untuk segala perbuatan yang dilakukan. Niatan-niatan yang sesuai dengan Al-Qu’ran, sunnah dan apa yang digariskan oleh para ulama. Kalau niatnya betul, semua menjadi enak. Sebaliknya, jika niatnya buruk, sehebat apapun dilihat orang, nanti akan hancur. Termasuk niat shalat dan niat menolong orang. Apakah untuk pamer? Jika niatnya sudah benar, pondasinya kuat, akan ada keberkahan yang membersamai. Tetapi jika niatnya salah, jangan dilakukan dan jangan ditinggalkan. Betulkan dahulu baru kemudian dilakukan sambil beristighfar.
Disarikan dari ceramah Habib Novel Alaydrus dengan kitab Arba’in Nawawi.
Oleh: Iqna Isti’nafiyah