KH Maimoen Zubair atau yang akrab disapa Mbah Moen, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang sekaligus seorang ulama dan politikus Indonesia. Putra dari KH. Zubair Dahlan dan Nyai Hj. Mahmudah ini lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 di Rembang, Jawa Tengah.
Mbah Moen–panggilan akrab KH Maimoen Zubair–memiliki gambaran yang sempurna dari pribadi yang santun. Beliau meneladani ketegasan dan keteguhan dari ayahnya serta meneladani kasih sayang dan kedermawanan dari sang kakek. Beliau dibimbing langsung oleh orangtuanya dalam pendidikannya. Beliau menimba ilmu dan pendidikan hingga ke Makkah. Setelahnya, beliau kembali ke tanah kelahiran dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang pada tahun 1965.
KH Maimoen Zubair dikenal sebagai sosok ulama teladan bagi umat. Beliau juga telah banyak melahirkan pemimpin agama di negeri ini dan mencetak banyak santri. “Sangat susah dan langka kita temukan ulama kharismatik seperti Mbah Moen. Mencari beliau ibaratnya mencari jarum dalam tumpukan jerami”, ungkap Gus Mus ketika bertausiyah memperingati 40 hari wafatnya Mbah Moen. Gus Mus juga mengatakan bahwa Mbah Moen sangat memuliakan semua tamu baik dari kalangan rakyat jelata hingga pejabat tanpa membeda-bedakan.
Selain itu, perjuangan Mbah Moen tentu tidak diragukan, baik dalam pengembangan keilmuan, politik, maupun kebangsaan sehingga di Nahdlatul Ulama (NU) beliau sering dijuluki “sesepuh” dan “rujukan”. Mbah Moen terjun ke dunia politik menjadi anggota DPR wilayah Rembang dan kemudian menjadi anggota MPR RI Jawa Tengah. Beliau juga terjun ke dunia internasional dengan menjadi utusan Indonesia dalam Majelis Ijtima Ulama Nusantara kedua di Malaysia pada tahun 2000. Menjadi anggota ICIS (International Conference of Islamic Scholars) dari Indonesia, diutus ke Uzbekistan pada tahun 2010. Mbah Moen juga aktif dalam berorganisasi. Beliau pernah menjadi Ketua MPP Partai Persatuan Pembangunan, Ketua Majelis Syari’ah PPP, Ketua Syuriah NU Provinsi Jawa Tengah dan Ketua Jam’iyyah Thariqah NU.
Selain mengabdikan diri di NU dan pesantren, Mbah Moen juga mengabdikan diri di jalur politik, walaupun dalam catatan beliau sempat pernah vakum dari dunia politik untuk fokus mengurus pesantren yang dipimpinnya. “Mbah Moen itu ingin santrinya fokus, jadi gak boleh semisal belajar ilmu kanuragan atau kekebalan. Beliau tidak suka”, kata beliau kala itu. Karenanya, KH. Maimoen Zubair menjadi seorang yang teladan dalam bidang keagamaan dan politik.
–
Oleh : Kamar 4E
Sumber :
Photo by Liputan6.com