Ki Ageng Selo

KI AGENG SELO: SANG PENANGKAL PETIR

Diposting pada 448 views

Siapakah sosok Kyai Ageng Selo? Ki Ageng Selo adalah salah satu waliyullah di tanah Jawa tepatnya di desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Beliau dikenal sebagai sang penangkal petir dan ajaran beliau dalam serat pepali Ki Ageng Selo yang merupakan pengejawantahan ajaran al Qur’an dan Hadits Nabi. Bagaimana silsilah beliau sehingga bisa dikatakan sesepuh dari Raja-Raja Mataram?

Ki Ageng Selo adalah keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V. Brawijaya V menikah dengan Putri Wandan Kuning melahirkan Bondan Kejawen atau biasa disebut Lembu Peteng. Lembu Peteng menikah dengan Dewi Nawangsih putri dari Jaka Tarub dengan Dewi Nawangwulan. Dari pernikahan Lembu Peteng dengan Dewi Nawangsih kemudian melahirkan Ki Getas Pendawa. Ki Getas Pendawa menurunkan Bogus Sogom alias Syekh Abdurrahman Ki Ageng Selo. Ki Ageng Selo memiliki tujuh anak salah satunya yaitu Ki Ageng Enis, yang berputra Ki Ageng Pemanahan, yang kemudian menikah dengan putri sulung Ki Ageng Saba dan melahirkan Mas Ngabehi Loring Pasar atau Suta Wijaya Pendiri Kerajaan Mataram dan dari situlah lahir Raja-Raja Mataram sampai saat ini.

Baca Juga:  Kisah Dua Habib Hadramaut Tentang Pentingnya Mengatur Waktu

Ki Ageng Selo sangat suka bertapa di hutan, goa dan juga gunung sambil bertani menggarap sawah, ia tidak pernah mementingkan dunia. Hasil dari sawahnya ia bagikan kepada tetangga di sekitar beliau yang membutuhkan agar berkecukupan. Singkat cerita, suatu hari Ki Ageng Selo pergi ke sawah. Hari itu sangatlah mendung pertanda akan turun hujan. Tak lama kemudian hujan turun lebat, halilintar menyambar. Namun, beliau tetap tenang dan mencangkul. Kemudian bledeg (petir) datang menyambar beliau dalam wujud seorang kakek-kakek. Dengan cepat, beliau menangkap kakek tersebut dan mengikatnya pada pohon gantri yang sampai sekarang masih ada di halaman pesarean beliau. Kemudian, bledeg itu dihaturkan kepada Sultan Demak, oleh Sultan bledeg tersebut diikat dalam jeruji besi yang kuat dan diletakannya di tengah alun-alun. Banyak orang yang berdatangan melihat bledeg itu. Ketika itu, datanglah seorang nenek-nenek yang membawa air kendi dan memberikannya kepada kakek bledeg itu, kemudian meminumnya. Setelah diminum, suara ledakan terdengar sangat keras lalu seketika kakek dan nenek itu lenyap dan jeruji besi tersebut hancur berantakan.

Cerita Ki Ageng Selo merupakan cerita legendaris yang cukup dikenal oleh masyarakat Grobogan, namun belum banyak diketahui oleh banyak orang sejarah tentangnya. Dari buku sejarah Penurun para Raja Mataram juga hanya disebutkan sekelumit saja tentang keberadaannya serta keadidayaannya sebagai sang penangkal petir. Minimnya perhatian tentang sosok mulia kakek moyang Raja Mataram ini dan sang penangkal petir, memunculkan kekhawatiran akan keasingan generasi mendatang tentang siapa sosok ini dan keteladanan apa yang dapat dipelajari terutama bagi masyarakat Surakarta dan Yogyakarta, mungkin hanya keluarga Keraton saja yang mengetahui tentang sosok ini. Padahal erat hubungan antara keraton dengan Ki Ageng Selo, bahkan pada tahun tertentu (tahun dal), sebelum acara Grebeg Maulid Keraton Surakarta mengambil api abadi dari dalam makam Ki Ageng Selo. Bahkan pengambilan api dilakukan dengan arak-arakan mengelilingi Desa Selo. Api abadi tersebut memiliki lambang “asas kekuasaan bersinar” bahkan dari data-data sumber babat mengatakan bahwa kekuasaan sinar-sinar itu merupakan lambang kekuasaan raja di dunia.

Oleh : Sinta Khofifah R.
Sumber:

  • Silsilah Ki Ageng Selo (ada di makam beliau)
  • Silsilah keluarga keraton Surakarta
  • Wikipedia bahasa indonesia; Ki Ageng Selo.

Photo by Okezone.com