Ajib merupakan kata yang digunakan untuk menggambarkan sosok kiai yang dikagumi oleh banyak kalangan karena kesederhanaan dan keluasan ilmunya di berbagai bidang, siapa lagi jika bukan K.H. Ahmad Warson Munawwir. Kata tersebut dinisbatkan oleh keponakan KH. Ahmad Warson Munawwir, yaitu KH. Nilzam Yahya.
Ada banyak hal yang membuat Kiai Nilzam kagum dengan Mbah Yai Warson. Beliau sangat mengakui kemuktabakiran Mbah Yai Warson, terbukti ketika beliau ngaos bandongan bersama Mbah Yai Warson. Penjelasan syarh ibn aqil yang mulanya tidak dapat dipahami oleh Kiai Nilzam menjadi sangat gamblang, detail, dan jelas ketika disampaikan oleh Mbah Yai Warson. Hal tersebut karena keahliannya dalam menderivasikan kata yang tidak diragukan lagi.
“Ajib, perpaduan antara Ilmu Nahwu dan Shorof beliau sangat detail dan dapat dijelaskan dengan sangat sangat jelas”, ujar Kiai Nilzam ketika diwawancarai oleh Tim Redaksi Komplek Q melalui Google Meet.
Dalam wawancara tersebut, beliau lantas mengingat pesan Mbah Yai Warson untuk selalu muthola’ah (membaca buku/mengulang ilmu yang dimiliki) karena sepandai-pandainya orang, jika tidak pernah muthola’ah ia akan lupa. Keluasan ilmu dan kedetilan Mbah Yai Warson terbukti dengan maha karya beliau berupa kamus mashyhur, Al-Munawwir, yang hingga kini belum ada yang bisa menandinginya.
Sepandai-pandainya orang, jika tidak pernah muthola’ah ia akan lupa.
Kiai Warson
Kiai Nilzam yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Mbah Yai Warson juga menyebutkan bahwa Mbah Yai Warson adalah sosok yang luar biasa, tidak pernah membeda-bedakan santrinya, dan selalu terbuka dengan berbagai pendapat yang diajukan para santri kepada beliau. Berpakaian sederhana dengan tidak ingin memperlihatkan posisi beliau sebagai seorang Kiai juga termasuk ciri Mbah Yai Warson menurut Kiai Nilzam.
Kiai Nilzam mengisahkan ketika Mbah Yai Warson mengajak beliau untuk membeli sebuah mobil. Sebelum memasuki dealer, Mbah Yai Warson melepas kopiahnya dan menyuruh Kiai Nilzam melakukan hal yang sama. Saat itu, tentunya Kiai Nilzam bertanya-tanya, ada apa gerangan hingga kopiah harus dilepas.
Baca Juga: Sosok Kiai Warson dalam Kacamata Pak Habib Syakur
Singkat cerita, selepas pulang dari dealer, Mbah Yai Warson memberitahukan alasan melepas kopiah tersebut kepada Kiai Nilzam. Alasannya agar orang tidak mengenali beliau. Mbah Yai Warson tidak ingin dengan posisi beliau menjadi seorang kiai yang masyhur lantas penjual mobil tersebut memotong harga dan pembeli lain serta pegawai yang berada di lokasi malah hurmat Mbah Yai Warson dengan mendahulukan Mbah Yai Warson dan meninggalkan pekerjaannya. Dalam tipologi ‘beliau tidak ingin menjadikan kehebatan yang beliau miliki untuk mendapatkan kemudahan dari orang lain’.
Kiai Nilzam juga mengakui bahwa khidmahnya sekarang ini kepada Organisasi Nahdlatul Ulama dan ketegasannya dalam menentukan berbagai sikap adalah buah didikan dari Mbah Yai Warson kepadanya. Pada akhir wawancara, beliau juga berpesan kepada santri Komplek Q sepeninggal Mbah Yai Warson agar istiqamah bermuthola’ah agar menjadi santri yang detail dan terbuka dengan pendapat orang lain.
Sumber: Wawancara dengan KH. Nilzam Yahya
Oleh: Fitria Nur FO