Ada 3 sahabat nabi yang bernama Urwa, yaitu Urwa binti Harist bin Abdul Mutholib bin Hasyim, Urwa binti Abdul Mutholib, dan Urwa binti Kazir bin Abdi Syam. Ketiganya menjadi perempuan-perempuan pada masa nabi yang memiliki kecerdasan dan juga ahli dalam berbagai bidang, dari syiir, retorikan, dan lain-lainnya.
Urwa binti Harist bin Abdul Mutholib bin Hasyim
Urwa merupakan salah satu sahabat Rosulullah sekaligus sepupu dari jalur ayah. Sahabat Rosulullah yang satu ini merupakan perempuan yang ahli dalam berbicara. Urwa bah singa panggung, karena memiliki kemampuan retorika yang bagus, jelas fasoha dan tujuan atau maksudnya. Ketika ia berbicara di depan banyak orang, para pendengarnya akan mengiyakan apa yang diucapkan tanpa mencelanya. Gaya berbicaranya singkat, lugas, tegas dan jelas serta terstruktur. Bahkan ia disebut sebagai mutiara yang mahal harganya pada masanya.
Suatu hari ia pergi menghadap Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. Ketika Muawiyah menjabat sebagai khalifah, ia sudah memasuki usia senja. Muawiyah melihat Urwah dan berkata, “Marhabbanbiki, selamat datang wahai saudara perempuan, bagaimana kabarnya? Lama tidak berjumpa”.
Kemudian Urwa berkata, “Hai anak laki-laki dari saudara laki-lakiku, sesungguhnya kau telah mengkufurkan nikmat dengan berbuat jahat terhadap sepupumu dan kau ambil pangkatnya, kau telah merampas selain hakmu dengan tanpa aturan agama, kau jadi khalifah dengan berbuat buruk, kau menginisiasi pembunuhan Utsman. Jabatan khalifah ini bukan hakmu atau bapakmu, kau tak pantas menyandang gelar khalifah, tak ada teladan setelah kufur terhadap Rasulullah, semoga Allah merusak citramu dimasyarakat. Semoga kau menangis hingga matamu kendor dan semoga Allah mengembalikan kebenaran ke ahlinya meskipun orang musyrik tidak suka. Hujjah kita adalah luhur dan nabi kita adalah orang yang ditolong. Kamu memimpin setelah nabi tapi kau juga menolak saudara-saudara dekat Rasulullah. Kita adalah orang-orang yang lebih dekat kepada Rasulullah dariada kau dan lebih utama dalam perkara ini (agama dan kepemimpinan). Kita bagaikan Bani Isroil yang mengepung keluarga Fir’aun dan Ali bin Abi Thalib bagaikan Nabi Harun dalam kisah Nabi Musa. Apapun yang terjadi pada kami adalah surga, dan apapun yang terjadi pada kalian adalah neraka.”
Mendengar perkataan Urwa, Muawiyah hanya terdiam. Sedangkan Amr bin Ash yang menjawab dengan berkata kepada Urwah, “Cukup wahai perempuan tua yang sesat pikir, sudahi omonganmu yang tidak menggunakan akal karena persaksianmu yang seorang diri membuat tidak sah.”
Urwah membalas perkataan Amr bin Ash, “Kau wahai laki-laki dari ibu pemberontak, omonganmu dan omongan ibumu masyhur sebagai pemberontak di Makkah. Ibumu berkhianat dengan menjual informasi untuk upah (ekonomi). Ibumu digilir lima orang Quraisy dan ibumu bertanya kepada mereka siapa yang wajahnya paling menyerupai wajahmu. Yang paling serupa adalah ayahmu dan dialah Ash bin Wail.”
Mendengar perkataan Urwa, Amr bin Ash hanya terdiam, tidak bisa berkata-kata. Kemudian berkatalah Marwan, “Cukuplah orang tua, sudahi omonganmu!”
Urwah berkata kepada Marwan, “Wahai anak laki-laki orang yang selalu bermusuhan”. Kemudian Urwah menoleh kepada Muawiyah dan berkata, “Demi Allah, dua orang itu tidak ada apa-apanya. Ibumu bersenandung ketika terbunuhnya Hamzah:
kami membalasmu karena peristiwa yang kami terima sewaktu perang badar
Dan setelah perang munculah hiruk-pikuk
kami sudah tidak punya kesabaran lagi
kami bersyukur atas kematian Hamzah
hingga tulang belulang dalam kubur
maka aku menjawab kepada anak perempuan pamanku:
Aku telah merendah saat perang Badar dan setelahnya
Wahai putri pemuka Qurays yang besar kufurnya
Muawiyah berkata, “Semoga Allah mengampuni dosa-dosa, wahai saudara perempuan apa maumu?”
Urwah menjawab, “Aku tidak butuh bantuanmu.”
Kemudian Urwah keluar dan Muawiyah menoleh kepada dua sahabatnya dan berkata, “Demi Allah, seandainya setiap orang berbicara kepada Urwah pasti dijawab satu-satu dengan jawaban berbeda-beda tanpa berpikir.”
Cerita urwah menjelaskan perempuan Bani Hasyim dalam berbicara lebih hebat daripada kaum laki-lakinya. Urwah terhormat dikalangan kaumnya hingga wafat di Madinah pada masa pemerintahan Muawiyah.
Urwah binti Abdul Muthalib
Urwah binti Abdul Muthalib merupakan bibi dari Rasulullah. Abu Ja’far menyebut Urwah sebagai salah satu sahabat dan saudara perempuan dari Atikah binti Abdul Muthalib. Muhammad bin Ibrahim bin Harits berkata, Ketika Tulaib bin Umair masuk islam, ia berbicara pada ibunya yaitu Urwah binti Abdul Muthalib: “Saya dan Hamzah telah masuk islam dan menjadi pengikut Muhammad, apa kau tidak ingin seperti saudara laki-lakimu Hamzah?”.
Urwah berkata, “Aku melihat apakah kau bisa mengislamkan saudara perempuanku? Kalau bisa aku juga ikut masuk islam.”
Tulaib berkata, “Sesungguhnya aku meminta kepada Allah agar engkau pasrah dan beriman kepada Allah dan bersaksi tiada tuhan selain Allah.”
Mendengar putranya yang telah mendoakan demi kebaikannya, Urwah akhirnya berkata, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.”
Urwah yang awalnya mau bersyahadat ketika saudara perempuannya juga masuk islam tiba-tiba ia bersyahadat. Ia merupakan salah satu wanita yang menyokong dakwah nabi dengan menyemangati anaknya agar menolong Muhammad. Selain itu ia juga merupakan perempuan yang ahli syair, sastra, dan retoritka dalam bangsa Arab.
Urwa binti Kazir bin Abdi Syam
Urwa binti Kazir bin Abdi Syam merupaka ibu dari Usman bin Affan. Ibunya Ummu Khakim al Baidho binti Abdul Muthalib yang merupakan bibi Nabi Muhammad. Urwa wafat ketika Usman bin Affan menjabat sebagai khalfah. Ia merupakan perempuan yang cerdas dan mengagumkan sekaligus sebagai sahabat nabi. Selain itu ia juga salah seorang periwayat hadist-hadist nabi.
Oleh: Hafidhoh dan Qorry
Dilansir dari pengajian Kitab Nisaun Khaular Rosul dengan Ustaz Tajul Muluk